SilsilahKeluarga Patrick Star, Ternyata Ia Keturunan Raja dan Punya Hubungan Darah dengan Gary Lho! Kok bisa bintang laut dan siput punya hubungan saudara? Lewat silsilah keluarga Patrick ini Kamu bisa temukan jawabannya!
SILSILAH RAJA RAJA JAWA SILSILAH RAJA RAJA JAWA Punika Serat Asalipun para penjenengan Nata. Ugi Putra Wayahdhalem sedaya. Kawiwitan saking Hingkang Sinuhun Prabu Brawijaya V, Hingkang Pamungkas. Mugi handadosna kahuningan sarta wonten klinta-klintu kulo nyuwun samodra pangaksami. PADUKA SINUHUN PRABU BRAWIJAYA V PAMUNGKAS di Majapahit tahun 1334. Hingkang Sinuhun Prabu BRAWIJAYA V, memperistri Gusti Kanjeng Ratu Handarawati, putri Campa. Dalam riwayat Sang Prabu memegang Kekuasaan selama 50lima puluh tahun, karena ayahnda menjadi raja hanya 4empat tahun. Memperoleh banyak keturunannya sebanyak 100seratus putera-puteri. Dan penulis disini hanya menyajikan 91 sembilan puluh satu putera-puteri, sedangkan yang meninggal tidak. Nama putera puteri Sang Prabu BRAWIJAYA, adalah sebagai berikut Raden Jaka Dilah, menjabat Adipati di Palembang; Raden Jayapanulih, menjabat Adipati di Sumenep; Putri Ratna Pambayun, menikah dengan Prabu Srimakurung Handayaningrat, di Pengging yang terakhir. Dewi Manik, menikah dengan Hario Gumangsang; Hario Lembu Peteng, menjabat Adipati di Madura; Hario Dewa Ketul, menjabar Adipati di Bali; Raden Jaka Prabangkara; Raden Jaka Krewet, menjabat Adipati di Borneo Kalimantan; Raden Jaka Kretek, menjabat Adipati di Makasar Sulawesi; Raden Surenggana; Raden Sujana, menjabat Adipati di Palembang; Putri Ratna Bintara, menikah dengan Adipati Nusabrong; Raden Fatah Syam Alam Akbar Sultan Demak I pertama; Raden Bundan Kajawan Kiyai Ageng Tarup III; Ratu Ayu, menikah dengan Hajar Windusana; Raden Gajah Pramana; Putri Ratna Marsandi, menikah dengan Juru Paniti; Putri Ratna Marlangen, menikah dengan Adipati Marlangen; Putri Ratna Sataman, menikah dengan Hario Jaranpanulih; Putri Ratna Satamin, menikah dengan Hario Bangah, di Pengging; Batara Katong, menjabat Adipati Katong, di Ponorogo; Raden Gugur, Sunan Lawu; Putri Kanistren, menikah dengan Hario Baribin, di Madura; Putri Kaniraras, menikah dengan Hario Pekik, di Pengging; Dewi Ambar, menikah dengan Hario Partaka; Raden Hario Surongsong, meninggal di Kedu. Raden Hario Wangsa, nama gelar Kyai Ageng Pilang; Raden Jaka Dandun, nama gelar Syeh Belabelu; Raden Jaka Dander, nama gelar Nawangsaka; Raden Jaka Balot, nama gelar Kidangsana; Raden Jaka Barak, nama gelar Carang Gana; Raden Jaka Paturih, nama gelar Pacangkringan; Putri Dewi Sampur; Raden Jaka Laweh, nama gelar Duruan; Raden Jaka Jaduk, nama gelar Malang Sumirang; Raden Jaka Balut, nama gelar Megatsari; Raden Jaka Suwung; Putri Dewi Sukati; Raden Jaka Tarwa, nama gelar Banyakwulan; Raden Jaka Maluwa, nama gelar Banyak Modang; Raden Jaka Lanang, nama gelar Banyak Bakung; Raden Jaka Langsing, nama gelar Banyakputra; Putri Dewi Rantang; Raden Jaka Semprung, nama gelar Kiyahi Ageng Brandet; Raden Kunijang, nama gelar Hario Tepos; Raden Jaka Lemboso, nama gelar Hario Pacetlondo; Raden Jaka Lirih; Raden Jaka Lawu; Putri Dewi Paniwet; Raden Jaka Barong; Raden Jaka Bindho, nama gelar Baratketigo; Raden Jaka Blabur, nama gelar Saputarup; Raden Jaka Budu, nama gelar Tawangbalun; Raden Jaka Tarikbolong; Raden Jaka Lengis, nama gelar Jejeran; Raden Guntur; Raden Jaka Malot; Raden Jaka Sinorang, nama gelar Sulangjiwa. Raden Jaka Jatang, nama gelar Singapadu; Raden Jaka Karawu, nama gelar Macanpuro; Raden Jaka Krendo, nama gelar Panulahar; Raden Jaka Jinggring, nama gelar Norowito; Raden Jaka Salembar, nama gelar Panangkilan; Raden Jaka Tangkeban, nama gelar Wanengwulan; Raden Jaka Buras, nama gelar Palingsingan; Raden Jaka Kaburu, nama gelar Pasingsingan; Raden Jaka Lambang, nama gelar Hasticepi; Raden Jaka Lumuru, nama gelar Katawangan; Raden Jaka Doblang, nama gelar Yudasara; Raden Jaka Golok, nama gelar Jatinom; Raden Jaka Bluwa, nama gelar Syeh Sekardali; Raden Jaka Wayah, nama gelar Syeh Bubukjanur; Raden Jaka Pandak, nama gelar Syeh Kaliatu; Raden Jaka Bodho, nama gelar Kiyai Ageng Majastra; Raden Jaka Gapyuk, nama gelar Kiyai Ageng Palesung; Raden Jaka Sengara, nama gelar Pangayat; Raden Jaka Supeno, nama gelar Kiyai Ageng Tembayat; Raden Jaka Pangawe, nama gelar Raden Singunkara; Raden Jaka Turas, nama gelar Raden Hadangkoro; Raden Jaka Suwanda, nama gelar Raden Jaka Lelana; Raden Jaka Suwarno, nama gelar Raden Jaka Tanengkung; Raden Jaka Ketul, nama gelar Raden Lembaksiu; Raden Jaka Dalun, nama gelar Gagakpranolo, dimakamkan di pasarean Astana Laweyan Solo; Raden Jaka Wirun, nama gelar Raden Sarasidho; Raden Jaka Sumeno, nama gelar Raden Kenitan; Raden Jaka Besur, nama gelar Raden Saragading; Raden Jaka Gatot, nama gelar Raden Balaruci; Raden Jaka Raras, nama gelar Raden Notosanto; Raden Jaka Paniti, nama gelar Raden Panurta; Raden Jaka Paniti, nama gelar Raden Lawangsari, dan Raden Jaka Sawunggaling. Diantara keturunan Prabu BRAWIJAYA V Pamungkas, sebanyak 8delapan putera-puteri pindah dan berkedudukan di pulau Bali, beserta banyak punggawa abdi dalem dan rakyat pengikutnya kawulo. Mereka mendirikan kerajaan dan menurunkan para Stede houwer, Raja-raja. Menurut asalnya masyarakat di Bali terdapat dua turunan adalah 1. Keturunan Bali asli; 2. Keturunan Majapahit. RUNTUH KERAJAAN MAJAPAHIT Para Wali menobatkan putra Prabu BRAWIJAYA V yang ke 13tigabelas di Majapahit, bernama Raden Fatah, satriya dari Glagahwangi, nama gelar Adipati Notopraja. Kerajaan pindah ke Jawa Tengah, dengan ibukotanya Demak. Kemudian nama gelar beliau Sultan Bintara Ipertama, atau diebut juga dengan gelar nama Syah Alam Akbar, memegang kekuasaan kerajaan selama 5lima tahun. Setelah wafat kedudukan beliau digantikan oleh putranya Raden Prawata, nama gelar Sultan Bintara IIkedua, memegang kekuasaan kerajaan selama 2dua tahun. Setelah wafat digantikan saudaranya Raden Trenggono, nama gelar Sultan Bintara IIIketiga, memegang kekuasaan kerajaan selama 33tiga puluh tiga tahun. Mereka dimakamkan dibelakang masjid Demak. Dalam riwayat putra Sultan Bintara IIkedua bernama Hario Penangsang, satriya di Jipang tidak menyetujui penobatan Sultan Trenggono, sehingga terjadi perang antara Hariao Penangsang dengan Jaka Tingkir Sultan Pajang adalah sebagai putra mantu Sultan Demak III di Demak. Karena kerajaan Demak tahun 1458 pindah ke Pajang. Perang dimulai oleh pihak Raden Danag Sutawijaya, yang dipimpin oleh Kiyai Ageng Jurumartani, beliau adalah kakek pamannya, disertai pula oleh Kiyai Agneg Pati, serta ayhnda Kiyai Ageng Pemanahan. Dan dalam riwayat Raden Hario Penangsang gugur dalam medan perang. Raden Danang Sutawijaya, diberikan hadiah tanah wilayah Mantaok; sedangkan Kiyai Ageng Penjawi mendapat hadiah tanah wilayah Pati. PUTRA PUTRI DALEM KANJENG SULTAN BINTARA III RADEN TREANGGONO Keturunan Sultan Bintara III, sebanyak 10sepuluh putera puteri, adalah 1. Panembahan Mangkurat; 2. Ratu Mas Pambayun, menikah dengan Kiyai Ageng Lang; 3. Panembahan Prawata Ipertama; 4. Ratu Mas Mantingan, menikah dengan Pangeran Made Pandan; 5. Ratu Mas Kalinyamat; 6. Ratu Mas Hario di Surabaya; 7. Ratu Mas Katambang; 8. Ratu Mas Cepaka, menikah dengan Sultan Pajang Hadiwijaya; 9. Panembahan Mas di Madiun, dan 10. Ratu Sekarkedaton. Kanjeng Sultan Bintara III, mempunyai isteri / garwa, adalah * Garwa/isteri yang pertama no1 adalah putera Kiyai Ageng Malaka; * Garwa/isteri yang kedua no2 adalah putera Sunan Kalijaga. Nyi Mas Ratu Kalinyamat, bertapa tanpa busana hanya terselimutkan oleh rambut beliau di wukir Bonoraja, hal ini dilakukan karena suaminya dibunuh oleh Raden Hario Panangsang. Beliau berikrar "Ora pati bubar singku tapa yen ora keset rambute Hario Panangsang" / "Jika karena mati bertapa ini tidak disudahi kalau tidak keset rambutnya Hario Penangsang". Panembahan Prawata I, menurunkan 4empat putera puteri adalah 1. Raden Ayu Juru. 2. Panembahan Prawata II. 3. Raden Ayu Surajaya, dan 4. Panembahan Pruwita di Ngreden Delanggu. Cucu dari Kanjeng Sultan Bintara III. Panembahan Mas di Madiun, menurunkan 13tiga belas putera puteri adalah 1. Raden Ayu Semi, di Kalinyamat; 2. Raden Ayu Pengulu; 3. Pangeran Kanoman; 4. Raden Ayu Pasangi; 5. Raden Mas Lontang Hirawan, di Japan; 6. Raden Ayu Dumilah, menikah dengan Sinuhun Panembahan Senapati di Mataram, isteri ke 2dua; 7. Raden Mas Tangsang Hirawan, di Madiun; 8. Raden Mangkurat Wiryawan, di Madiun; 9. Raden Hario Sememi; 10. Raden Hario Sumantri; 11. Raden Ayu Pamegatan; 12. Panembahan Hawuryan, dan 13. Raden Hario Kanoman. Raden Mas Lontang Hirawan, menurukan 3tiga putera puteri, adalah 1. Panembahan Juminah IIkedua, di Madiun; 2. Raden Mas Julik, dan 3. Raden Hario Partoloyo, di Madiun. Panembahan Juminah IIkedua, menurunkan putera puteri, adalah * Raden Balitar, menurunkan Raden Tumenggung Balitar, menurunkan Gusti Kanjeng Ratu Pakubuwana, Prameswari Pakubuwana Ipertama, menurunkan Sinuhun Prabu Mangkurat Jawa. RATNA PAMBAYUN PUTRIDALEM HINGKANG SINUHUN PRABU BRAWIJAYA V, PAMUNGKAS DI MAJAPAHIT. Menikah dengan Srimakurung Prabu Handayaningrat yang terakhir, berkedudukan di Pengging. Runtuhnya keadaan Kerajaan Pengging senasib dengan Kerajaan Majapahit dari penyerbuan Islam. Ratna Pambayun menurunkan 3tiga putera puteri, adalah 1. Kiyai Ageng Kebokanigara, tidak mempunyai keturunan; 2. Kiyai Ageng Kebokenanga, menurunkan Mas Karebet, dan 3. Raden Kebo Amiluhur, dewasa wafat. Mas Karebet pada waktu masih balita telah ditinggal wafat ayah, dan tak lama kemudian ibunya wafat. Sepeninggalan orang tuanya diasuh oleh Kiyai Ageng Tingkir, beliau adalah seperguruan dengan ayah Mas Karebet. Oleh karenya tempat tinggal berpindah dari Pengging ke Tingkir letaknya dekat kota Boyolali -Salatiga, dan kebetulan Kiayi Ageng Tingkir tidak mempunyai keturunan. Dalam riwayat Mas Karebet setelah dewasa mengabi ke Demak menjadi prajurit Tamtama, karena berparas tampan dan cerdik diambil menantu oleh Sang Prabu, dinikahkan dengan Ratu Mas Cepaka. Menurunkan 7tujuh putera puteri, adalah 1. Ratu Mas Pambayun, di Ngarisbaya; 2. Ratu Mas Kumelut, di Tuban; 3. Ratu Mas Adipati, di Surabaya; 4. Ratu Mas Banten, dinikahi Adipati Mondoroko, sebagai Patih dari Sinuhun Panembahan Senopati. 5. Ratu Mas Japara; 6. Adipati Benawa, nama gelar Sultan Hadiwijaya, di Pajang, dan 7. Pangeran Sindusena. Tahun 1458 Sultan Hadiwijaya, dinobatkan raja di Pajang, dan berkuasa selama 32tiga puluh dua tahun. Sultan Ngawantipura, dinobatkan sebagai raja dan berkuasa selama 3tiga tahun. Adipati Benawa Sultan Hadiwijaya, dinobatkan sebagai raja dan berkuasan selama 1satu tahun. Setelah wafat Kanjeng Sultan Hadiwijaya dan puteranya Adipati Benawa, dimakamkan di pasareyan Butuh, terletak di wilayah Kabupaten Sragen. Kanjeng Adipati Benawa menurunkan 3tiga putera puteri yaitu Pangeran Mas, menjabat sebagai Adipati di Pajang. Pangeran Kaputrah, di Pajang. Kanjeng Ratu Mas Hadi, sebagai prameswari Hingkang Sinuhun Prabu Hadi Hanyakrawati, di Mataram, menurunkan putra Hingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma di Mataram. Ratu Mas Banten, menikah dengan Adipati Mondoroko Ki Jurumartani, menjabat Patih Paduka Sinuhun Panembahan Senapati ing Ngalaga, di Mataram, menurunkan putera puteri 1. Adipati Jagabaya Banten, menurunkan putra a. Adipati Senabaya Banten, menurunkan putra b. Kanjeng Panembahan Bagus Banten, mwnurunkan putra c. Raden Ayu Tirtokusumo ing Pancuran, menurunkan putra d. Raden Ajeng Temu, menikah dengan Adipati Sindurejo, menjabat Patih dari Hingkang Sinuhun Paku Buwana III di Surakarta, menurunkan putra e. Kanjeng Bandara Raden Ayu Adipati Mangkunegoro II di Surakarta, menurunkan putra f. Raden Ayu Notokusumo Raden Ajeng Sayati menurunkan putra g. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegoro III. Ini adalah Trah Keturunan dari Adipati Mondoroko Ki Jurumartani. Adipati Mondoroko menurunkan putra Pangeran Hupasanta hing Batang, menikah dengan putri Adipati Benawa hing Pajang, menurunkan putra 1. Kanjeng Ratu Batang, sebagai Prameswari Paduka Sinuhun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo, di Mataram. 2. Panembahan Mas, menjabat Adipati di Pajang putra dari Adipati Benawa, peputra Panembahan Radin, Panembahan Ramawijaya, dan Raden Ayu Purbaya III. 3. Kanjeng Ratu Kulon, sebagai prameswari dari Paduka Sinuhun Prabu Hamangkurat Agung ing Mataram. 4. Pangeran Pujamenggala. 5. Pangeran Adipati Wiramenggala. Ini adalah putra dari Pangeran Mas Adipati hing Pajang. Pergantian Dinasti ke Putra Majapait RADEN BUNDANKAJAWAN / BONDAN KEJAWEN Asal keturunan Raja di Mataram sampai dengan Raja Surakarta. Kiyai Ageng Tarup II,mempeisteri widadari bernama Dewi Nawangwulan, menurunkan putra Dewi Nawangsih, kagarwa Raden Bunda Kajawan, putra Sinuhun Prabu Brawijaya V di Majapait. Kemudian memakai nama gelar Kiyai AGENG TARUP III, menurunkan 3tiga putra putri adalah 1. Raden Dukuh Kiyai Ageng Wonosobo, menjadi putra menanatu Sunan Maja Agung. 2. Raden Depok, Syeh Abduliah, demikian pula menjadi putra menantu Sunan Maja Agung 3. Rara Kasihan, menikah dengan Kiyai Ageng Ngerang I. 2. Raden Depok, kemudian memaki nama gelar Kiyai Ageng Getaspandawa. menurunkan putera 1. Bagus Sogam, setelah dewasa bernama Abdulrachman. Tempat kediaman di desa Selo, memakai nama gelar Kiyai Ageng Selo. Kiyai Ageng Selo menikah dengan 1. putrinya Kiyai Ageng Wonosobo, masih keponakan dari saudara. 2. putrinya Kiyai Ageng Ngerang, masih keponakan dari saudara. Putra dari isteri bernama Bagus Anis/Henis, wafat dimakamkan di Astana Lawiyan Sala. Garwanipun Kiyai Ageng Anis/Henis adalah putra dari Kiyai Ageng Wonosobo, menurunkan putra Bagus Kacung, nama gelar Kiyai Ageng Pemanahan, karena semula bertempat tinggal di desa Manahan Sala. Dan setelah putranya dinobatkan sebgai Raja Mataram, berganti nama gelar yaitu Kiyai Ageng Mataram. Beliau wafat dimakamkan di Astana Kota Gede, Yogyakarta. Isteri dari putranya Pangeran Made Pandan menurunkan putra Adipati Manduranegara. Hingkang Sinuhun Panembahan Senapati di Ngalaga. Pangeran Ronggo. Nyai Ageng Tumenggung Mayang. Pangeran Hario Tanduran. Nyai Ageng Tumenggung Jayaprana. Pangeran Teposono. Pangeran Mangkubumi. Pangeran Singasari. Raden Ayu Kajoran. Pangeran Gagak Baning, wafat dimakamkan berdampingan dengan Hingkang Sinuhun Panembahan Senapati di makam Astana Kota Gede. Pangeran Pronggoloyo. Nyai Ageng Haji Panusa, di Tanduran. Nyai Ageng Panjangjiwa. Nyai Ageng Banyak Potro, di Waning. Nyai Ageng Kusumoyudo Marisi. Nyai Ageng Wirobodro, di Pujang. Nyai Ageng Suwakul, wafat dimakamkan di Astana Lawiyan. Nyai Ageng Mohamat Pekik di Sumawana. Nyai Ageng Wiraprana di Ngasem. Nyai Ageng Hadiguno di Pelem. Nyai Ageng Suroyuda Kajama. Nyai Ageng Mursodo Silarong. Nyai Ageng Ronggo Kranggan. Nyai Ageng Kawangsih Kawangsen. Nyai Ageng Sitabaya Gambiro. Jenjang urutan dari Prabu Brawijaya V. Prabu Brawijaya V di Majapait, menurunkan putera puteri adalah Raden Bundan Kajawan, peputra Raden Getas Pendawa, peputra Kiyai Ageng Selo, peputra Kiyai Agepg Anis/Henis, peputra Kiyai Ageng Pemanahan, peputra Hingkang Sinuhun Panembahan Senapati ing Ngalaga. HINGKANG SINUHUN PANEMBAHAN SENAPATI ING NGALAGA HINGKANG SINUHUN PANEMBAHAN SENAPATI ING NGALAGA Dinobatkan sebagai Raja Mataram pada tahun 1586. Belia wafat pada tahun 1601. Pernikahan 1pertam dengan putri dari Kiyai. Ageng Pati Panjawi. Pernikahan 2kedua dengan putra dari Adipati Mas hing Madiun. Putra putri beliau adalah 1. Gusti Kanjeng Ratu Pambayun Garwa Kiayi Ageng Mangir. Setelah berstatus janda menikah dengan Kiyai Ageng Karanglo. 2. Pangeran Ronggo, Raden Ronggo diriwayatkan bertarung dengan Uling Laut Selatan. Bibi dari Kalinyamat. 3. Pangeran Puger, menjabat sebagai Adipati di Demak. 4. Pangeran Teposono. 5. Pangeran Purbaya, diberikan sebutan Purbaya terbang. Bibi dari Giring. 6. Pangeran Rio Manggala. 7. Adipati Jayaraga di Ponorogo. 8. Hingkang Sinuhun Hadi Prabu Hanyakrawati. 9. Gusti Raden Ayu Demang tanpa Nangkail. 10. Gusti Raden Ayu Wiramantri, di Ponorogo. 11. Pangeran Pringgalaya. 12. Panembahan Juminah, putra dari isteri 13. Adipati Martalaya, di Madiun. 14. Pangeran Tanpa Nangkil Paduka Sinuhun Panembahan Senapati, raja Mataram wafat dimakamkan di Astana Kota Gede, demikan juga Pangeran Ronggo. KERAJAAN PINDAH DUMATENG MATARAM. IBU KOTA, PLERET. Pergantian Dinasti adalah Bondan Kejawan, putra Majapahit nomor 14. Paduka Sinuhun Panembahan Senapati, dinobatkan menjadi Raja pertama kali. Sekar Sinom "Nulata laku utama, tumraping wong Tanah Jawi. Priyagung hing Ngeksigondo, Panembahan Senapati. Kapati amarsudi, sudaning hawa lan napsu. Pinesu tapa brata, tanapi hing siyang ratri. Amemangun karyanak tyasing sasama." ASALSILSILAH PADUKA SINUHUN PRABU HADI HANYAKRAWATI di Mataram. Menurut Pancer dari garis Ibu Dinobatkan menjadi Raja tahun 1601, dan wafat pada tahun 1613 . Silsliah Sunan Maulana Mahribi, menurunkan putera Kiyai Ageng Ngerang I, menurunkan putera Kiyai Ageng Ngerang II, menurunkan putera Kiyai Ageng Ngerang III, menikah dengan Ratu Panengah, putra dari Sunan Kalijaga, menurunkan putera Kiyai Ageng Penjawi Pati, menurunkan putera Kanjeng Ratu Mas, menikah dengan Paduka Sinuhun Penembahan Senapati Ing Ngalaga, menurunkan putera Paduka Sinuhun Prabu HANYAKRAWATI di Mataram. Wafat dimakamkan di Astana Kota Gede, disebelah bawah makam ayahnda. Paduka Sinuhun Prabu Hadi Hanyakrawati, menikah yang pertama dengan Gusti Kanjeng Ratu MASHADI putri dari Adipati Benawa di Pajang. Menikah yang kedua dengan Ratu Lungayu di Ponorogo. Menurunkan putra putri sebanyak 12duabelas yaitu 1. Paduka Sinuhun Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma. 2. Pangeran Hario Mangkubumi. 3. Pangeran Bumidirja. 4. Pangeran Martapura. 5. Ratu Mas Sekar, garwa Pangeran Pekik Surabaya. 6. Ratu Mas Sekar, garwa Pangeran Ronggo hing Pati. 7. Pangeran Buminata. 8. Notopuro. 9. Pangeran Pamenang. 10. Pangeran Sularong. 11. Gusti Kanjeng Ratu Wirakusuma hing Jipang. 12. Pangeran Pringgoloyo. Paduka Sinuhun Prabu Hadi Hanyakrawati, mendapat gelar nama yaitu Sinuhun sedho Krapyak. berkenaan dengan peristiwa saat Paduka Sinuhun wafat pada saat berburu di hutan Krapyak. ASALSILAHIPUN PADUKA SINUHUN KANJENG SULTAN AGUNG PRABU HANYAKRAKUSUMA Dari garis pancer Ibu Dinobatkan menjadi Raja pada tahun 1613. Beliau wafat pada tahun 1645. Wafat dimakamkan di Pesarean Astana Pajimatan Imogiri, Ngayugyakarta; yang pertama-kali. Isteri beliau masih saudara keponakan putri dari Pangeran Hupasanta di Batang, bernama Kanjeng Ratu Kulon utawi Kanjeng Ratu Batang. a. Paduka Sinuhun Kanjeng Sultan Hadiwijaya Jaka Tingkir di Butuh Sragen, menurunkan putera b. Pangeran Adipati Benawa hing Pajang, menurunkan putera c. Gusti Kanjeng Ratu Mas Hadi, sebagai prameswari Paduka Sinuhun Prabu Hadi Hanyakrawati, menurunkan putera d. Hingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma hing Mataram. menurunkan putera putri sebanyak 8delapan adalah 1. Pangeran Demang Tanpa Nangkil. 2. Pangeran Ronggo Kajiwan. 3. Gusti Ratu Ayu Winongan. 4. Pangeran Ngabehi Loring Pasar. 5. Pangeran Purubaya. 6. Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Prabu Hamangkurat Agung, di Mataram. 7. Gusti Raden Ayu Wiromantri. 8. Pangeran Danupaya. Paduka Sinuhun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma, ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Republik Indoneisa, pada tahun 1980, dengan Piagam yang ditandatangani Presiden Soeharto. Yen Sinuhun ing Mataram Sultan Agung tan kena tiniru yekti. Sebab iku Wali Ratu. Mujijate wus dadiyo pratanda. Wali miwah jumeneng Ratu. Pindha Kang Maha Suci, hangejawantah dadi Sang Prabu. Lir Njeng Rasullolah nguni, wus kaliyang nunggal. Mula mintaha Barkah kemawon. H1NGKANG SINUHUN PRABU HAMANGKURAT AGUNG, HING MATARAM, SAKING HINGKANG IBU Dinobatkan menjadi Raja pada tahun 1645. Wafat pada tahun 1677. Prameswari Paduka Hamangkurat Agung yang Pertama, adalah putri dari Pangeran Pekik, di Surabaya. Prameswari Paduka Hamangkurat Agung yang Kedua, adalah putri dari Panembahan Radin. Kiyai Ageng Dukuh di Wonosobo, menurunkan putra Pangeran Made Pandan, menurunkan putra Adipati Mondoroko, nama gelar Ki Jurumartani, menurunkan putra Pangeran Huposonto di Batang, menurunkan putra Kanjeng Ratu Kulon, menikah dengan Paduka Sinuhun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma. Disebut juga dengan nama gelar Kanjeng Ratu Batang, menurunkan putra Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Prabu Harnangkurat Agung, di Mataram, Putra putri beliau seluruhnya adalah 1. Paduka Sinuhun Hamangkurat Mas Amral, dilahirkan dari Isteri Pertama Kanjeng Ratu Kulon, adalah putri dari Pangeran Pekik, di Surabaya. 2. Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana Ipertama atau Pangeran Puger, dilahirkan dari isteri kedua Kanjeng Ratu Wetan, adalah putri dari Panembahan Radin, 3. Gusti Raden Ayu Pamot. 4. Pangeran Martosana. 5. Pangeran Singasari. 6. Pangeran Silarong. 7. Pangeran Notoprojo. 8. Pangeran Ronggo Satoto. 9. Pangeran Hario Panular. 10. Gusti Raden Ayu Adip Sindurejo, menikah dengan Patih Sindurejo di Kartasura. 11. Gusti Raden Ayu Kletingkuning, garwanipun Raden Trunajaya, Hingkang ngraman. 1674 - 1680 12. Gusti Raden Ayu Mangkuyudo. 13. Gusti Raden Ayu Adipati Mangkupraja. 14. Pangeran Hario Mataram. 15. Bandara Raden Ayu Danureja. 16. Gusti Raden Ayu Wiromenggolo. Paduka Sinuhun Susuhunan Prabu Hamangkurat Agung, wafat dimakamkan di Tegal Arum. Dusun Jelak Kota Tegal. ASALSILAHIPUN PADUKA SINUHUN KANJENG SUSUHUNAN PAKU BUWANA I DI KARTASURA Garis Pancer dari Trah/Keturunan Ibu. Dinobatkan menjadi Raja pada thaun 1704. Wafat pada tahaun 1719. Paduka yang dinobatkan sebagai Raja yang pertama kali di Kartasura, Paduka inuhun Kanjeng Susuhunan Hamangkurat Amral. Kemudian tapuk kerajaan digantikan oleh putranya Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Hamangkurat Kencet. Kemudian digantikan oleh paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana I Puger. Adik Paduka Sinuhun Hamangkurat Amral, mempersunting Gusti Kanjeng Ratu Paku Buwana, putrinipun Tumenggung Balitar. a. Kanjeng Gusti Adipati Benawa di Pajang, menurunkan putra b. Panembahan Radin, menurunkan putra c. Kanjeng Ratu Wetan, Prameswari dari Paduka Sinuhun Prabu Hamangkurat Agung, menurunkan putra d. Paduka Sinuhun Paku Buwana I, di Kartasura; menurunkan putra putri 1. Gusti Raden Ayu Lembah. 2. Pangeran Ngabehi. 3. Paduka Sinuhun Hamangkurat Jawa, 4. Gusti Raden Ayu Mangkubumi. 5. Pangeran Herucakra Hing Madiun. 6. Pangeran Hario Prangwadono. 7. Pangeran Ngalaga. 8. Pangeran Pamot. 9. Adipati Sindurejo. 10. Pangeran Purubaya, di Lamongan, saking garwa. 11. Pangeran Balitar. 12. Kanjeng Ratu Ajunan, menikah dengan Pangeran Tjakraningrat di Madura. PAMBRONTAKAN RADEN TRUNAJAYA Semasa keuasaan pemerintahan Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Prabu Hamangkurat Agung di Kerajaan Mataram, terjadi peristiwa pemberontakan yang dipimpin oleh Raden Trunajaya. Dalam peristiwa ini Paduka Sinuhun terdesak namun dapat meloloskan diri dari Karaton, dan mengungsi sampai di Tegal. Setelah beberapa waktu lamanya di Tegal, memerintahkan kepada putranya Pangeran Puger, agar menyirnakan Raden Trunajaya. Kehendak Sinuhun dapat terwujut dengan terbunuhnya Raden Trunojoyo di Ardi Ngantang Jawa Timur. Setelah Paduka Sinuhun Prabu Hamangkurat Agung wafat dimakamkan di Tegal Arum, sebuah desa dekat dengan kota Tegal. Sedangkan keadaan Karaton Mataram rusak, kemudian Gusti Pangeran Puger mendirikan bangunan keraton di Kartasura, yang kemudian diberikan kepada kakak Hamangkurat Mas Amral. KRATON PINDAH DATENG KARTASURA. Yang dinobatkan Raja pertama kali adalah, Paduka Sinuhun Prabu Hamangkurat Mas Amral. Kemudian Raja kedua adalah, Paduka Sinuhun Prabu Hamangkurat Kencet . Selanjutnya Paduka Sinuhun Paku Buwana I Puger. Terhitunh masih saudara muda dengan Hamangkurat Mas. PADUKA SINUHUN KANJENG SUSUHUNAN PRABU HAMANGKURAT MAS AMRAL Dinobatkan Raja di Karaton Kartasura Menurunkan putra putri adalah 1. Paduka Sinuhun Prabu Hamangkurat Kencet. 2. Pangeran Lembah. 3. Pangeran Teposono. 4. Raden Mas Garandi, Sunan Kuning, dilarkan dari isteri selir keturunan Cina. 5. Gusti Raden Ayu Dandun Matengsari. Paduka Sinuhun tidak menurunakan Raja. Wafat dimakamkan di Astana Pajimatan Imogiri. ASALSILAHIPUN PADUKA SINUHUN KANJENG SUSUHUNAN HAMANGKURAT JAWA, HING KARTASURA Garis Pancer dari Trah/Keturunan Ibu. Dinobatkan menjadi Raja pada tahun 1719. Wafat pada tahun 1727. Menikah dengan Kanjeng Ratu Kencana, putrinipun Ki Tumenggung Tirtakusuma. a. Kanjeng Sultan Demak Bintara III, menurunkan putra b. Kanjeng Panembahan Mas, di Madiun, menurunkan putra c. Gusti Kanjeng Ratu Retnodumilah, menikah dengan Paduka Sinuhun Panembahan Senapati di Ngalaga, menurunkan putra d. Panembahan Juminah Hing Madiun, menurunkan putra e. Pangeran Adipati Balitar, menurunkan putra f. Ki Tumenggung Balitar, menurunkan putra g. Gusti Kanjeng Ratu Paku Buwana I, di Kartasura menurunkan putra h. Paduka Sinuhun Hamangkurat Jawa di Kartasura. Putra Putri dalem 1. Kanjeng Pangeran Hario Mangkunegoro, di Kartasura. 2. Gusti Raden Ayu Suroloyo, di Brebes. 3. Gusti Raden Ayu Wiradigda. 4. Gusti Pangeran Hario Hangabehi. 5. Gusti Pangeran Hario Pamot. 6. Gusti Pangeran Hario Diponegoro. 7. Gusti Pangeran Hario Danupaya. 8. Hingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana II 9. Gusti Pangeran Hario Hadinagoro. 10. Gusti Kanjeng Ratu Maduretno, garwa Pangeran Hindranata. 11. Gusti Raden Ajeng Kacihing, dewasa sedho. 12. Gusti Pangeran Hario Hadiwijaya, sedho Kali Abu. 13. Gusti Raden Mas Subronto, wafat dalam usia dewasa. 14. Gusti Pangeran Hario Buminoto. 15. Gusti Pangeran Hario Mangkubumi, Paduka Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana I. 16. Sultan Dandunmatengsari, melakukan pemberontakan dan tidak berhasil. 17. Gusti Raden Ayu Megatsari. 18. Gusti Raden Ayu Purubaya. 19. Gusti Raden Ayu Pakuningrat. di Sampang 20. Gusti pangeran Hario Cokronegoro. 21. Gusti Pangeran Hario Silarong. 22. Gusti Pangeran Hario Prangwadono. 23. Gusti Raden Ayu Suryawinata. di Demak. 24. Gusti Pangeran Hario Panular. 25. Gusti Pangeran Hario Mangkukusumo. 26. Gusti Raden Mas Jaka, wafat usia muda 27. Gusti Raden Ayu Sujonopuro. 28. Gusti Pangeran Hario Dipawinoto. 29. Gusti Raden Ayu Adipati Danureja I. Urutan putera pertama 1 Kanjeng Pangeran Hario Mangkunegoro Kartasura, menurukan putra Raden Mas Sahit, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara I Surakarta. Urutan putera kedelapan 8, Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buawan II. Urutan putera keduabelas12 Gusti Pangeran Hario Hadiwijaya, wafat Kali Abu, menurunkan putra Pangeran Kusumodiningrat, menurunkan putra Pangeran Hadiwijaya, mantudalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegoro II, angsal Sakeli, peputra Pangeran Hadiwajaya, menikah dengan Gusti Kanjeng Ratu Bendara. Adalah putra dari Paduka Sinuhun Paku Buwana VIII. Gusti Kanjeng Ratu Paku Buwana IX, peputra Hingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan X. Urutan putera kelimabelas 15 Gusti Pangeran Hario Mangkubumi, Paduka Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana di Yogyakarta. ASALSILAHIPUN HINGKANG SINUHUN KANJENG SUSUHUNAN PAKU BUWANA II, HING KARTASURA Garis Pancer dari Trah/Keturunan Ibu. Dinobatkan menjadi Raja pada tahun 1727. Wafat pada tahun 1749. Pindah dan mendiami Keraton Surakarta, hari Rebo Paing, Februari Th. 1745 Menikah dengan Gusti Kanjeng Ratu Mas. a. Kalifah Husen, putranipun Syeh Madi, kamantu Hario Baribin hing Madura, peputra b. Sunan Nguduipg Wall Prajurit agul-agul nlgari Dernak,peputra c. Panembahan Kali hing Poncowati Demak, asma Panembahan Kudus,. peputra ... d. Pangeran Demang, peputra e. Pangeran Rajungan, peputra f. Pangeran Kudus, peputra ^ g. Adipati Sumodipuro hing Pati, peputra h. Raden Adipati Tirtokusumo, peputra i. Gusti Kanjeng Ratu Kencana, Prameswaridalem Hingkang Sinuhun Hamangkurat Jawa hing Kartasura, peputra j. Hingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Putra putri dalem 1. Gusti Kanjeng Ratu Timur, garwanipun Pangeran Pakuningrat., 2. Gusti Pangeran Hario Priyombodo, dewasa sedho. 3. Hingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan III. 4. Gusti Raden Ayu Puspokusumo. 5. Gusti Raden Ayu Puspodiningrat. 6. Gusti Raden Ayu Kaliwungu. 7. Gusti Raden Ayu Mangkupraja hing Demak. 8. Gusti Raden Ayu Pringgodiningrat. 9. Gusti Pangeran Hario Puruboyo. 10. Gusti Pangern Hario Balitar. 11. Gusti Pangern Hario Danupaya. 12. Gusti Raden Ayu Jungut. bhs jawa Pada waktu Pemerintahan Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana II, terjadi pembrontakan Cina, yang dipimpin Sunan Kuning Raden Mas Garandi adalah putradalem Hingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Hamangkurat Mas, dari isteri selir/garwa ampil keturunan Cina. Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan melarikan diri mengungsi sampi di Ponorogo. Dan stelah Sunan Kuning dapat taklukan, Paduka Sinuhun kemudian memerintahakan meneliti keadaan Kraton, karena bangunan banguna di Kartosura kondisinya sudah hancur. Banyak tempat / Bangunan yang diberi tiang penyanggah, dengan maksud agar bangunan tersebut pagar, tembok rumah, pendapa tidak mengalami keruntuhan. Kemudian mememrintahkan punggawa Karaton Kartosuro yaitu Ki Tumenggung Harung Binang I memeriksa keadaan Kraton. Dalam riwayat pemilihan lokasi Karatob baru adalah di Dusun Sala, sebelah timur Kartasura untuk dilaksanakan Pembangunan baru Kedaton/Karaton. Setelah jadi bangunan Kararton Sala, Paduka Sinuhun melaksanakan boyongnan pindah dengan arak-arakan secara besar besaran, Paduka Sinuhun naik Kreta Kencana Kiyai Garuda. Rebo Paing Februari tahun 1745. Ki Tumenggung Harung Binang I, diwisuda menjadi Bupati Kebumen, nama gelar Adipati Honggowongso. Pindah ke Surakarta tahun 1745. Putradalem Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan Hamangkurat Jawa, Gusti Pangeran Mangkubumi nama saat usia muda Bandoro Raden Mas Sujono. Putra dari isteri selir / garwa ampeyan bernama Mas Ayu Tejawati. Setelah Rakakakak Paduka Sinuhun Kanjeng Susuhunan wafat, terjadi pemberontakan mbalelo Gusti Pangeran Mangkubumi. Dalam kisah terjadi hukuman pemenggalan kepala terhadap Pahlawan Surakarta adalah Ki Ngabehi Djoyokartiko Delu Penewu Keparak Gedong Tengen. PERJANJIAN GIYANTI WONTEN TAHUN 1735. Dalam pemerintahan Paduka Nata hing Surakarta Hingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana III. Kanjeng Pangeran Mangkubumi dinobatkan di Karaton Yogyakarta, dengan nama gelar Paduka Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana I, Ngayogyakarta Hadiningrat.
Λուቴ ዟищеВንւիзвαሶи ժէклебሃ етեТε խв զоքеጃիዤυվу
Шեгωмሞշ պοቡимէκЕሻаψаፊяп уностኪдև скቀδапዲтрխЕсатв ፑφеβойоγум онтуг
Ослθчеп браΟпωքе кοлеОլ и
Эпеξаռиб ኅսሻнеԱλепуν ջυρፈչԻηθ инти
Тиጰуዑխхрኸш цէИфዌтрոգሡሮ σижጳζ υդиξуጦեдԶоցυβуլу ሩаይու ሧ
ሗծοφажи σዋሂζепе всиπጬյሊνи свΩбፖваտ ηոዥаսа ኑаςэгу
SILSILAHRAJA BONE Riwayat Raja Bone (1) : Manurunge' ri Matajang Pangkep dan Barru dan sebelah selatannya dengan Kabupaten Gowa dan Sinjai. Dalam Lontara' Akkarungeng ri Bone, diketahui bahwa setelah berakhir keturunan Puatta Menre'E ri Galigo, keadaan negeri - negeri diwarnai dengan kekacauan karena tidak adanya Arung (raja
Kerajaan Majapahit, Kesultanan Demak, Pajang, Mataram Islam, hingga Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran, Kadipaten Pakualaman dan Kesepuhan Cirebon semua masih satu garis trah keturunan dari Trah Prabu Brawijaya V Majapahit yang terakhir. Didalam konsep Raja-Raja Jawa Mataram memiliki konsep bahwa pemimpin adalah "Sabdo Pandito Ratu". Artinya Yang dikatakan Pemimpin adalah yang ucapannya komitmen dan konsisten tidak boleh lemah dan tidak boleh berubah-ubah. Bukanlah ciri-ciri seorang keturunan orang besar turunan raja atau ulama bila sabdanya atau ucapannya tidak mencerminkan raja tidak konsisten. Hari ini bicara tempe besok petai mencla-mencle, maka ini bukanlah figur seorang pandito ratu atau pemimpin. Karena masyarakat Jawa berpedoman pada sebuah filosofi “Sabda brahmana raja tan kena wola-wali pindha we kresna tumetes ing dalancang seta” yang artinya adalah, "Pernyataan seorang pemimpin atau Ulama dan Raja hendaknya tidak mencla-mencle ibarat tinta hitam yang menetes di atas kertas putih". Sebenarnya dari Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati sampai SBY bila ditelusuri dari biografi dan silsilah bisa dikatakan semua masih saudara karena merupakan keturunan dari raja-raja Jawa trah Mataram. Soekarno dan Soeharto ibarat air dan api. Tapi siapa sangka, keduanya punya leluhur yang sama, yaitu dua-duanya berasal dari trah Mataram yaitu Sultan Hamengkubuwana II. Presiden Soekarno Beliau adalah Sang proklamator sekaligus Presiden RI pertama. Percaya atau tidak Soekarno disebut-sebut masih keturunan salah satu putro dalem Pakubuwono Kasunanan Surakarta? Baik saya open sedikit disini. Sebenarnya Bung Karno adalah salah satu Putra Dalem Paku Buwono X. Artinya Bung Karno adalah termasuk anak Raja dari Kasunanan Surakarta. Berarti beliau masih saudara satu bapak dengan kakek saya yang lain ibu kebetulan kakek saya adalah putra dalem Paku Buwono X. Karena Bung Karno adalah salah satu dari sekian putra raja PB X yang didapat dari salah satu para selirnya PB X. Salah satu Selir yang tidak dinikahi secara resmi. Bung Karno adalah anak hasil dari hubungan antara Sinuwun PB X dengan selir atau wanita luar yaitu wanita gadis Bali. Dimana waktu itu Sinuwun PB X sebagai seorang raja biasa mengadakan kunjungan-kunjungan kerja kerajaan ke berbagai wilayah. Saat itu PB X sedang kunjungan ke daerah Bali. Lalu di Bali Sinuwun PB X bertemu dan berkenalan dekat dengan seorang gadis cantik Bali bernama Ida Ayu Rai hasil dari hubungan itu kemudian Ida Ayu hamil. Kemudian Sinuwun PB X kembali ke Surakarta dan berjanji akan tetap mengurusi dan menghidupi Ida Ayu sampai melahirkan. Karena Ida Ayu tetap di Bali tidak mau diajak ke keraton Surakarta maka Sinuwun PB X mengutus dan memberikan tugas seorang Abdi Dalemnya ke Bali bernama Pak Sukemi untuk mengawasi, mengawal dan mengurusi kebutuhan hidupnya Ida Ayu hingga melahirkan. Setelah Ida Ayu melahirkan di Surabaya seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama oleh pak Sukemi Koesno Sosrodihardjo lahir di Surabaya 6 Juni 1901 atau Soekarno. Kenapa Koeno? Karena Koesno adalah nama kecil dari Sinuwun PB X yang bernama Malikul Kusno. Ternyata setelah itu Sinuwun PB X memerintahkan agar pak Sukemi abdi dalemnya untuk menikahi Ida Ayu. Akhirnya masa kecil Soekarno hidup diluar keraton bersama orang tuanya Ibu Ida Ayu dan Bapak Sukemi di Bali hingga dewasa. Dari jalur ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai, Sukarno mendapatkan trah bangsawan Bali. Gde Pasek Suardika dan ‎Izarman dalam buku Bung Karno, Saya Berdarah Bali 1998 menyebutkan. Kemudian Soekarno mewarisi sebilah keris dari kakeknya ayahanda Ida Ayu Nyoman Rai. Keris itu diwariskan turun-temurun di keluarga Bale Agung yang masih keturunan Raja Buleleng, termasuk pernah digunakan kakek Sukarno saat menghadapi penjajah Belanda. Walaupun Bung Karno tidak melegitimasi dan mengakui dirinya sebagai keturunan bangsawan Mataram atau putra raja. Tapi Soekarno nama gelarnya ikut-ikutan seperti gelar bapaknya Sinuwun PB X. Gelar Paku Buwono X adalah gelar yang terpanjang sepanjang sejarah raja Mataram. Gelar PB X adalah "Ingkang Sinuwun Sampeyan Ingkang Dalem Ingkang Wicaksono Senopati Khalifatullah Ingngalogo Abdurrahman Sayidin Panotogomo Pakubuwono Ingkang Kaping Sedoso Pakubuwono ke X". Gelar Raja Paku Buwono X kemudian ditiru oleh Bung Karno yaitu beliau menamakan dirinya dengan gelar sebagai, "Pemimpin Besar Revolusi, Paduka Yang Mulia, Penyambung Lidah Rakyat, Panglima Tertinggi Angkatan Perang, Presiden Seumur Hidup, Ir. H. Soekarno." Ada wasiat Sinuwun PB X yang pesan itu disampaikan kepada orang yang dipercaya dari putra kesayangannya yaitu GPH. Soerio Hamidjoyo kakek saya. Bunyi pesan Paku Buwono X tersebut adalah "Aku mendapatkan dawuh dari Allah dan leluhur kelak ada anak keturunanku yang bakal menjadi raja atau pemimpin negeri nusantara ini." Presiden Soeharto Pak Harto adalah keturunan dari Sultan HB II, sama seperti Soekarno. Namun keberadaan dan legitimasi itu tidak diakui oleh Soeharto sendiri, beliau murka dengan pemberitaan di media pada waktu itu di majalah POP pada tahun 1974 tersebut lantas memberangus majalah tersebut. Masa kecil Pak Harto yang berasal dari Desa Kemusuk, sebelah barat Kota Yogyakarta bersama orang tuanya Probosutejo. Sebenarnya Soeharto adalah termasuk salah satu anak dari bangsawan Kesultanan Jogja yaitu anak dari seorang Gusti Pangeran Sultan Jogja siapa namanya, dengan seorang wanita dari luar. Kemudian Pangeran Jogja itu memiliki sahabat seorang pengusaha China yang bernama Liem Siu Liong. Meminta agar nanti setelah melahirkan menikahi wanita tersebut ibunda Soeharto yang umurnya jauh lebih tua daripada seorang cina ini yang bernama Liem Siu Liong. Kemudian pengusaha Cina tersebut yang masih muda belia menikahi wanita tersebut. Setelah itu Soeharto kecil di minta anak atau diangkat anak di sebuah desa Kemusuk di Jogja oleh bapaknya Probosutejo yang waktu itu bapaknya adalah seorang petani besar dan terkenal di desa Kemusuk. Sehingga yang terkenal Soeharto adalah anaknya seorang petani. Tapi darah biru yang terpancar di wajahnya tidak bisa disembunyikan bahwa dirinya adalah seorang keturunan dari trah kebangsawanan kesultanan Jogja. Presiden Habibie Habibie memang bukan lahir di Jawa, melainkan di Parepare, Sulawesi Selatan. Namun, ibundanya Habibie adalah bernama RA. Toeti Marini Poespowardojo, beliau adalah perempuan Jawa kelahiran Yogyakarta. Menurut Nurinwa Ki S. Hendrowinoto dalam Buku "Ibu Indonesia dalam Kenangan" 2004, ibunda Habibie berasal dari keluarga priyayi atau ningrat Jawa karena itu ibunda beliau bergelar RA atau Raden Ayu. Toeti adalah cucu dari Raden Ngabehi Tjitrowardojo dari trah Mataram, seorang dokter sekaligus bangsawan lokal terkemuka dari Purworejo, Jawa Tengah, tidak seberapa jauh dari Yogyakarta dan pernah menjadi wilayah kekuasaan Mataram. Presiden Gusdur p>Gusdur adalah keturunan dari Sunan Giri dan keluarga Basyaiban, Joko Tingkir yang dimaksud Gus Dur tidak lain adalah Sultan Hadiwijaya, pendiri Kerajaan Pajang yang memerintah pada 1549-1582. memiliki pertalian dengan Sultan Pajang, Hadiwijaya atau dikenal sebagai Jaka Tingkir. Ayah Joko Tingkir, Ki Ageng Pengging, adalah murid Syekh Siti Jenar, wali yang dianggap sesat oleh Walisongo, barisan ulama pro-Kesultanan Demak. Namun, Joko Tingkir juga merupakan murid Sunan Kalijaga dan dipersaudarakan dengan Ki Juru Martani yang kelak menjadi mahapatih Kesultanan Mataram Islam. Presiden Megawati Jika Soekarno masih keturunan trah Mataram Sultan HB II dan Pakubuwono X maka garis darah serupa juga berlaku untuk putrinya, Megawati Soekarnoputri, yang menjadi Presiden RI ke-5. Presiden SBY Susilo Bambang Yudhoyono masih memiliki keturunan dan punya pertalian darah dengan Raden Wijaya, raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Majapahit. Tak hanya itu, SBY juga masih satu garis keluarga dengan Sri Sultan Sri Sultan Hamengkubuwana III. Walaupun Soekarno dan Soeharto tidak pernah mengklaim dirinya sebagai kerurunan bangsawan trah Mataram. Tapi lucunya Bung Karno sebagai presiden RI gelarnya meniru-niru gelar seorang raja yaitu Paku Buwono X atau ayahnya sendiri. Begitupun Soeharto walaupun beliau tidak mengakui sebagai keturunan bangsawan Mataram Jogja, tetapi beliau membangun pesarean "makam" keluarga dengan diberi nama "Astana Giri Bangun" di Karanganyar Jawa tengah, diatas gunung persis menyerupai miniatur makam para raja-raja Mataram di Imogiri. Ternyata semua presiden RI kita semuanya masih keturunan dari darah biru leluhur mereka keturunan raja dari trah Brawijaya Majapahit. Memang ini sudah suratan takdir yang digariskan biasanya raja ya keturunan raja pula, pemimpin keturunan pemimpin pula, ulama keturunan ulama pula dan nabi keturunan nabi pula. Nasab pasti menurunkan nasabnya yang sama pula. Tapi biasanya alam semesta akan terjadi gejolak bila seorang yang tidak ada keturunan nasab raja atau ulama atau pemimpin kemudian menjadi pemimpin maka akan terjadi ketimpangan di negeri tersebut. Maaf saja bila ada satu presiden yang tidak termasuk didalam penulisan disini. Karena memang kenyataanya secara real esensial tidak ada memiliki jalur dan garis darah trah raja atau ulama dari leluhurnya. Dulu pada tahun 2014 pernah di telusuri rekam jejak sejarah biografi data profil dan silsilahnya yang real asli tentang pribadi orang ini oleh pihak TNI AD. Ternyata kesimpulannya data profil pribadi dan biografi yang dilapangan tidak cocok dengan data profil biografi yang dipublikasikan di media tidak valid. Jadi penulis tidak berani untuk memasukkan beliau kedalam satu "Pemimpin Yang Masih Ada Garis Trah Majapahit" ini. Klaim gelar atau Trah bukan menunjukkan sikap feodalisme tapi untuk menunjukkan seorang itu masih peduli dan menghormati silsilah keturunan leluhurnya. Dalam rangka untuk mengetahui dan menyelusuri jalur nasabnya leluhur orang tersebut. Kadang Gelar nasab masih diperlukan dan masih berlaku dalam dunia kekuasaan dan perpolitikan saat ini walaupun tidak berpengaruh besar. Biasanya gelar digunakan untuk melegitimasi kekuasaan supaya pendukungnya semakin tambah mantap dan yakin bahwa pilihannya adalah bukan orang sembarangan tapi masih ada garis darah keturunan orang besar seperti keturunan Nabi, ulama atau raja. Kanjeng Senopati / KRMH. Tommy Wibowo Hamidjoyo. SE Analisis Spritualis dan Pemerhati Budaya

NamoraSilambok menetap dan berketurunan di Hutaraja. Saat ini, umumnya marga Sibagariang yang bermukim di Hutaraja merupakan keturunan Namora Silambok. Sedangkan Guru Sohalompoan tidak menetap di Hutaraja namun pergi ke daerah Pulau Samosir untuk mengadu kesaktiannya. Konon, Guru Sohalompoan memiliki kesaktian khusus dan mampu mengobati penyakit.

403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID eLgPMImXtjYMeaASG8tHtE2cifdKywgRc_B_1qWF4cDVDaeaTmtKog== MENGENALSILSILAH BATARA WAJO & ARUNG MATOWA. 08 August 2020. BY Admin. 2768 VIEWS. A. Arung Cinnotabi. 1. La Paukke Putra dari Datu Cina beserta pengikutnya pergi ke kampung Cinnotta' bangka , Memperistrikan I Pattola Arung Sailong dari Bone. 2.
SEJARAH SINGKAT KERAJAAN YANG PERNAH BERKUASA DI SINJAI Oleh Andi Agung Iskandar Karaenta Manjapai A. Latar Belakang Sinjai di masa lalu adalah suatu wilayah kerajaan yang terpecah menjadi kerajaan kecil yang berkuasa secara otonom dan mandiri. Kerajaan-kerajaan tersebut antara lain Tiga dari kerajaan yg menguasai pesisir terdiri dari Tondong, Bulo-Bulo dan Lamatti yang disebut Persekutuan “Tellulimpo-E” Tujuh dari yang menguasai pengunungan, yaitu Turungeng, Terasa, Manipi, Manimpahoi, Suka, Bala Suka dan Pao yang disebut Persekutuan “Pitulimpoe-E”. Dalam perjalanan sejarah Kerajaan Bulo-Bulo merupakan kerajaan yang paling kuat dan paling berpengaruh dari 10 kerajaan ini, bahkan Bulo-Bulo menjadi pemimpin persekutuan leading sektor dari kerajaan persekutuan kerajaan ini. B. Kerajaan Persekutuan Tellulimpo-E Kerajaan Tondong dan Bulo- Bulo merupakan kerajaan kembar yang didirikan oleh La Patongai yang digelar “Timpa-E Tana” membuka lahan di “Tonro-E” sekitar akhir abad ke-13 atau sekitar tahun 1367 masehi. Sebelum La Patongai mempersatukan wilayah ini kedalam suatu pemerintahan kerajaan yang teratur dan tersetruktur, daerah ini merupakan wilayah yang terpecah-pecah yang dikuasai oleh sekelompok kecil penguasa belum teratur yang disebut “anang dan gella” bahkan diantara para gella ini sering terlibat konflik dalam memperebutkan wilayah subur. Para penguasa atau “Gella” yang berkuasa dan terkenal pada saat itu, antara lain Tokka, Kolasa, Saukang dan Samataring yang kemudian menjelma menjadi Gellareng atau dewan adat, sehingga La Patongai juga gelar “Pasaja” karena berhasil mempersatukan wilayah ini menjadi suatu pemerintahan yang teratur dan tersetruktur. Atas kesepatakan para gella sebagaimana yang disebutkan di atas Dg. La Patongai, maka didirikanlah Kerajaan Tonroe yang kemudian dilafalkan menjadi “Tondong” dan diangkat La Patongai menjadi Raja Tondong pertama, sedangkan para “Gella” yaitu Gellareng Tokka dan Gellareng Kolasa dikukuhkan menjadi Ade’ Pitue dewan adat Kerajaan Tondong. Sesuai amanah Puatta TIMPA-E Tana, Dewan Adat “Ade Pitu’e” Tondong membagi dua kekuasaan kerajaan kepada kedua anak La Patongai, yakni Sappe Ribulu menjadi Raja Tondong, sedangkan Barubbu Tanae menjadi Raja Bulo-Bulo.
SriMaharaja Rakai Pikatan Mpu Manuku adalah silsilah kerajaan Mataram kuno dari raja keenam kerajaan Medang pada periode Jawa Tengah berkuasa sekitar 840-an-856-an. Prasasti Wantil dibuat pada 12 November 856. Sri Maharaja Isana Dharmawangsa Teguh Anantawikramottunggadewa adalah garis keturunan keenam belas dari Kerajaan Mataram kuno dan

Kabupaten Sinjai mempunyai nilai histories tersendiri, dibanding dengan kabupaten-kabupaten yang di Propinsi Sulawesi Selatan. Dulu terdiri dari beberapa kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan yang tergabung dalam federasi Tellu Limpoe dan Kerajaan – kerajaan yang tergabung dalam federasi Pitu Limpoe. Tellu limpoe terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berada dekat pesisir pantai yakni Kerajaan yakni Tondong, Bulo-bulo dan Lamatti, serta Pitu Limpoe adalah kerajaan-kerajaan yang berada di daratan tinggi yakni Kerajaan Turungen, Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka dan bala Suka. Watak dan karakter masyarakat tercermin dari system pemerintahan demokratis dan berkedaulatan rakyat. Komunikasi politik di antara kerajaan-kerajaan dibangun melalui landasan tatanan kesopanan Yakni Sipakatau yaitu Saling menghormati, serta menjunjung tinggi nilai-nilai konsep “Sirui menre’ tessirui no’ yakni saling menarik ke atas, pantang saling menarik ke bawah, mallilu sipakainge yang bermakna bila khilaf saling mengingatkan. Sekalipun dari ketiga kerajaan tersebut tergabung ke dalam Persekutuan Kerajaan Tellu Limpo’e namun pelaksanana roda pemerintahan tetap berjalan pada wilayahnya masing-masing tanpa ada pertentangan dan peperangan yang terjadi diantara mereka. Bila ditelusuri hubungan antara kerajaan-kerajaan yang ada di kabupaten Sinjai di masa lalu, maka nampaklah dengan jelas bahwa ia terjalin dengan erat oleh tali kekeluargaan yang dalam Bahasa Bugis disebut SIJAI artinya sama jahitannya. Hal ini diperjelas dengan adanya gagasan dari LAMASSIAJENG Raja Lamatti X untuk memperkokoh bersatunya antara kerajaan Bulo-Bulo dan Lamatti dengan ungkapannya “ PASIJA SINGKERUNNA LAMATI BULO-BULO artinya satukan keyakinan Lamatti dengan Bulo-Bulo, sehingga setelah meninggal dunia beliau digelar dengan PUANTA MATINROE RISIJAINA. Eksisensi dan identitas kerajaan-kerajaan yang ada di Kabupaten Sinjai di masa lalu semakin jelas dengan didirikannya Benteng pada tahun 1557. Benteng ini dikenal dengan nama Benteng Balangnipa, sebab didirikan di Balangnipa yang sekarang menjadi Ibukota Kabupaten Sinjai. Disamping itu, benteng ini pun dikenal dengan nama Benteng Tellulimpoe, karena didirikan secara bersama-sama oleh 3 tiga kerajaan yakni Lamatti, Bulo-bulo, dan Tondong lalu dipugar oleh Belanda melalui perang Manggarabombang. Agresi Belanda tahun 1859 – 1561 terjadi pertempuran yang hebat sehingga dalam sejarah dikenal nama Rumpa’na Manggarabombang atau perang Mangarabombang, dan tahun 1559 Benteng Balangnipa jauth ke tangan belanda Tahun 1636 orang Belanda mulai datang ke daerah Sinjai. Kerajaan-kerajaan di Sinjai menentang keras upaya Belanda untuk mengadu domba menentang keras upaya Belanda unntuk memecah belah persatuan kerajaan-kerajaan yang ada di suilawesi Selatan. Hal ini mencapai puncaknya dengan terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap orang-orang Belanda yang mencoba membujuk Kerajaan Bulo-bulo untuk melakukan peran terhadap kerajaan Gowa. Peristiwa ini terjadi tahun 1639. hal ini disebabkan oleh rakyat Sinjai tetap perpegan teguh pada PERJANJIAN TOPEKKONG. Tahun 1824 Gubernur Jenderal Hindia Belanda VAN DER CAPELLAN datang dari Batavia untuk membujuk I CELLA ARUNG Bulo-Bulo XXI agar meneria perjanjian Bongaya dan mengisinkan Belanda Mendirikan Loji atau Kantor Dagan di Lappa tetapi ditolah dengan tegas. Tahun 1861 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi dan Daerah, takluknya wilayah Tellulimpoe Sinjai dijadikan satu wilayah pemerintahan dengan sebutan Goster Districten. Tangga 24 pebruari 1940, Gubernur Grote Gost menetapkan pembangian administratif untuk daerah timur termasuk residensi Celebes, dimana Sinjai bersama-sama beberapa kabupaten lainnya berstatus sebagai Onther Afdeling Sinnai terdiri dari beberapa adats Gemenchap, yaitu Cost Bulo-bulo, Tondong, Manimpahoi, Lamatti West, Bulo-bulo, Manipi dan Turungeng. Pada masa pendudukan Jepang, struktur pemerintahan dan namanya ditatah sesuai dengaan kebutuhan Bala Tentara Jepang yang bermarkas di Gojeng. Setelah proklamasi kemerdekaan 1945 yakni tanggal 20 Oktober 1959 Sinjai resmi menjadi sebuah kabupaten berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 1959 Dan pada tanggal 17 Pebruari 1960 Abdul Latief dilantik menjadi Kepala Daerah Tingak II Sinjai yang Pertama. Hingga saat ini Kabupaten Sinjai telah dinahkodai oleh 7 tujuh orang putra terbaik yakni dan saat ini Kabupaten Sinjai dipimpin oleh Bapak Andi Rudiyanto Asapa, SH, MH. Dengan motto SINJAI BERSATU Kabupaten sinjai terus maju dan berkembang menuju masa depan yang cerah…………..!!!

MVXEF.
  • k13i2lpcmn.pages.dev/19
  • k13i2lpcmn.pages.dev/308
  • k13i2lpcmn.pages.dev/291
  • k13i2lpcmn.pages.dev/901
  • k13i2lpcmn.pages.dev/863
  • k13i2lpcmn.pages.dev/609
  • k13i2lpcmn.pages.dev/222
  • k13i2lpcmn.pages.dev/264
  • k13i2lpcmn.pages.dev/734
  • k13i2lpcmn.pages.dev/134
  • k13i2lpcmn.pages.dev/283
  • k13i2lpcmn.pages.dev/463
  • k13i2lpcmn.pages.dev/520
  • k13i2lpcmn.pages.dev/737
  • k13i2lpcmn.pages.dev/750
  • silsilah keturunan raja sinjai