IlustrasiHubungan Tali Silaturahmi Credit: Ukhuwah Islamiyah adalah persaudaraan yang terjadi antar umat Islam. Ukhuwah Islamiyah adalah hubungan persaudaraan yang dijalin oleh
Jakarta - Secara umum, hibah tidak jauh berbeda dengan hadiah yang sama-sama merupakan bentuk pemberian. Namun, ada rukun hibah yang membedakannya dengan kedua istilah ini memiliki kesamaan, yaitu memberikan sesuatu kepada orang lain, namun tujuan di balik pemberiannya berbeda. Hadiah diberikan sebagai bentuk penghargaan atas prestasi yang telah dicapai, sedangkan hibah tidak memiliki niat atau tujuan tertentu dalam istilah, dikutip dalam Buku Fikih untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah karangan Hasbiyallah, hibah adalah perjanjian yang mengalihkan kepemilikan tanpa adanya imbalan atau ganti rugi yang dilakukan secara sukarela. Hibah melibatkan pemberian kepemilikan atas suatu barang yang dapat diidentifikasi dan dinilai dengan jelas atau tidak jelas karena ada hambatan untuk mengetahuinya. Dalil yang melandasi ini termaktub dalam Surah An Nisa ayat 4 yang berbunyi,وَاٰتُوا النِّسَاۤءَ صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةً ۗ فَاِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْۤـًٔا مَّرِيْۤـًٔاArtinya "Berikanlah mahar kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mahar itu dengan senang hati, terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati."Berikut rukun hibah yang membedakannya dengan Rukun Hibah dalam Islam1. Wabib yaitu pihak yang memberikan Mauhublahu yaitu pihak yang menerima Mubib merupakan barang atau harta yang diberikan dalam Sigar ijab dan qabul merujuk pada proses perjanjian dan kesepakatan antara pemberi hibah wabib dan penerima hibah mauhublahu.Hibah dapat berupa harta yang berwujud dan dapat diserahkan tanpa ada kewajiban tertentu. Pemberian ini dilakukan ketika pihak yang memberi dan pihak yang menerima hibah masih hidup, tanpa adanya penggantian apa yang dihibahkan bisa dikategorikan sebagai hibah menurut adat dengan penggunaan lafaz hibah atau tamlik. Dalam hibah, berlaku beberapa hal sebagai yang diberikan dalam bentuk yang dapat diidentifikasi secara dapat dilakukan tanpa ada kewajiban yang memberi dan penerima hibah masih ada penggantian yang yang diberikan bisa dikategorikan sebagai hibah menurut adat dengan penggunaan lafaz hibah atau tamlik, yang menunjukkan perpindahan Ada Balas Hibah & Batal HibahLebih lanjut, penerima hibah tidak memiliki kewajiban untuk memberikan imbalan atau balas jasa atas hadiah yang diterima. Ini berarti tidak ada persyaratan atau ketentuan yang mengharuskan penerima hibah memberikan kompensasi setelah menerima yang telah dihibahkan juga tidak dapat ditarik kembali, seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi sebagai berikut,العائِدُ في هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَعُوْدُ فِي قَيْئِهِArtinya "Orang yang mencabut kembali hibahnya seperti anjing yang menjilat kembali muntahannya." HR BukhariRasulullah SAW dalam hadisnya mengingatkan umat Muslim untuk saling berbagi. Hadits tersebut berbunyi,تَهَادُوْا تَحَابَوْاArtinya "Berikanlah hadiah satu sama lain, maka kalian akan saling mencintai." HR BukhariPemberian secara sukarela hanya perlu memenuhi persyaratan-persyaratan hibah, dan pemberi tidak perlu khawatir mengenai jenis harta atau hal lain yang akan diberikan. Setiap barang yang dapat dan sah untuk diperjualbelikan dapat dihibahkan. Simak Video "Cuaca Makkah Panas, Ini Imbauan untuk Jemaah Haji Indonesia" [GambasVideo 20detik] rah/rah
Terciptanyahidup rukun akan membuat seseorang merasa aman, tenang, dan damai di mana pun keberadaannya. Sebab, tidak akan ada orang lain atau musuh yang berani mengganggu. 5. Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan. Sikap persatuan dan kesatuan harus dimiliki setiap manusia agar kehidupan bernegara berjalan sebagaimana semestinya.
Kerukunan adalah dambaan setiap persekutuan. Persekutuan manapun entah keluarga, jemaat maupun masyarakat, semuanya menginginkan kerukunan dalam hidup persekutuan. Tetapi seperti apakah gambaran persekutuan atau persaudaraan yang rukun itu? Mari kita belajar dari Mazmur 133 yang menjadi bagian pembacaan Firman Tuhan bagi kita hari ini. Mazmur 133 adalah sebuah Mazmur Ziarah. Mazmur ini mengungkapkan tentang kerukunan kekeluargaan dari umat Allah. Ternyata dalam pengalaman hidup beriman, umat Israel selaku umat Allah menyadari bahwa yang terbaik dan terindah adalah apabila saudara – saudara diam bersama dengan rukun. Seperti yang dikemukakan dalam ayat 1 “Sungguh alangkah baiknya dan indahnya apabila saudara – saudara diam bersama dengan rukun.”Dalam ayat 2 dan 3, persaudaraan yang rukun itu diumpamakan dengan minyak diatas kepala Harun dan embun gunung Hermon yang menyegarkan. Persaudaraan yang rukun juga disamakan dengan berkat. Persaudaraan yang rukun disebut seperti minyak yang baik di atas kepala Harun yang meleleh ke janggut dan ke leher jubahnya. Di Israel, minyak menandakan adanya kesukaan dan ketentraman. Minyak ini dikaitkan dengan Harun. Harun adalah seorang Imam. Itu berarti minyak yang dimaksud di sini bukan minyak yang biasa – biasa tetapi minyak urapan atau minyak khusus yang dipakai untuk mengurapi Imam. Pengurapan menandakan penyucian, pengudusan dan pengkhususan Allah bagi orang yang diurapi untuk melakukan pekerjaan Allah. Pada bagian bacaan ini dikatakan bahwa minyak urapan itu meleleh dari kepala ke janggut lalu ke leher jubah Harun. Itu berarti ada kelimpahan minyak urapan. Dan kelimpahan minyak urapan menunjukan betapa Tuhan berlimpah – limpah memberkati dan menguduskan umat yang diam bersama dengan rukun. Persaudaraan yang rukun itu diberkati oleh Allah dan dikhususkan untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan Allah melalui mereka. Persekutuan atau persaudaraan yang rukun adalah seperti embun gunung Hermon. Embun bermakna kesegaran dan tanda adanya kehidupan. Sedangkan Gunung Hermon adalah sebuah gunung tertinggi di daerah dekat Palestina. Puncak gunung ini ditutupi salju, sehingga selalu ada embun di sana. Kondisi di Gunung Hermon sangat berbeda dengan keadaan di sekitar gunung Hermon yang tandus dan kering. Nah, salju yang mencair dari Gunung Hermon atau embun Gunung Hermon inilah yang biasanya mengalir memberi kesejukan dan kesegaran bagi daerah – daerah sekitarnya yang tandus. Begitulah persaudaraan yang rukun. Persaudaraan yang rukun itu selalu memberi kesejukan, kesegaran dan menjamin hidup tiap – tiap anggota persekutuan bahkan bagi orang – orang diluar persekutuan. Bagi kehidupan persekutuan seperti itulahTuhan berkenan dan Tuhan memerintahkan berkat kehidupan selama – lamanya. Bagian Firman Tuhan ini mengajak kita untuk mewujudkan kehidupan persaudaraan yang rukun. Itu berarti Keluarga Kristen, Ikatan Persekutuan dan Ikatan Kampung bukan saja menjadi persekutuan yang sekedar ada. Setiap persekutuan yang dibangun atas dasar Yesus Kristus, dipanggil untuk menjadi persekutuan yang menjadi teladan tentang hidup persaudaraan yang rukun. Persekutuan Kristen mestilah menyadari bahwa Allah mengutus persekutuan untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan Allah. Melalui aktivitas dalam persekutuan atau ikatan Kampung ini, kita sedang bersaksi tentang Kristus. Tentulah kita tidak menginginkan kesaksian kita menjadi hambar karena kehidupan yang tidak rukun. Jadilah persekutuan yang rukun agar kesaksian kita menjadi manis dan berkenan bagi Allah dan manusia. Hiduplah saling mengasihi dan rukun agar persekutuan kita mengalami kelimpahan berkat dari Tuhan. Di mana ada kerukunan disitulah tanda – tanda Kerajaan Allah Surga dapat kita alami. Sebaliknya dalam kehidupan persekutuan yang tidak rukun, berkelahi, bercekcok, bermusuhan membuat kita mengalami neraka. Manakah yang kita pilih? Surga atau Neraka. Suasana Surga atau Neraka dapat kita alami tergantung pilihan kita mau hidup rukun atau tidak? Persekutuan dan persaudaraan yang rukun bukan saja membuat anggota – anggota persekutuan mengalami berkat dan merasakan suasana Surga tapi juga orang – orang lain disekitar persekutuan dapat merasakan kesegaran, kesejukan dan berkat bagaikan Embun Gunung Hermon yang mengalir. Dunia kita saat ini mengalami keadaan seperti daerah sekitar Gunung Hermon yang tandus dan kering. Dunia sedang membutuhkan sentuhan – sentuhan rohani yang menyejukan dan menyegarkan. Ikatan Keluarga dan Kampung kita ini dipanggil untuk menjadi embun Gunung hermon bagi dunia disekitar kita. Jadilah persekutuan yang mewujudkan kerukunan adar ada kelimpahan berkat dan kesejukan dalam hidup bersama. Tuhan memberkati
Persaudaraandan kerukunan dalam keluarga, di tempat kerja, dalam gereja, antar agama dan di segala tempat. Persaudaraan dan kerukunan digambarkan pula seperti 'minyak' dan 'embun' yang mempunyai makna kesukaan, keharuman, ketentraman lahir-batin dan suasana yang sejenisnya. Itulah gambaran kehidupan yang diberkati oleh Tuhan.
1-3. Apa hasilnya jika kita meniru teladan Yehuwa dalam menunjukkan kasih? ”LEBIH bahagia memberi daripada menerima.” Kisah 2035 Kata-kata Yesus tersebut menandaskan kebenaran yang penting ini Kasih yang tidak mementingkan diri mendatangkan imbalan tersendiri. Meskipun ada banyak kebahagiaan dalam menerima kasih, ada kebahagiaan yang bahkan lebih besar dalam memberikan, atau menunjukkan, kasih kepada orang lain. 2 Tidak ada yang memahami hal ini lebih baik daripada Bapak surgawi kita. Seperti yang kita lihat pada pasal-pasal sebelumnya dari bagian ini, Yehuwa adalah teladan kasih yang terunggul. Tak seorang pun pernah menunjukkan kasih dengan cara yang lebih besar atau selama kurun waktu yang lebih panjang daripada Yehuwa. Jadi, tidak mengherankan, bukan, jika Yehuwa disebut sebagai ”Allah yang bahagia”?—1 Timotius 111. 3 Allah kita yang pengasih menginginkan kita untuk berupaya menjadi seperti Dia, khususnya dalam menunjukkan kasih. Efesus 51, 2 memberi tahu kita, ”Tirulah Allah sebagai anak-anak yang dikasihi, dan teruslah mengasihi.” Jika kita meniru teladan Yehuwa dalam menunjukkan kasih, kita merasakan kebahagiaan yang lebih besar karena memberi. Kita juga merasa puas karena tahu bahwa kita menyenangkan Yehuwa, sebab Firman-Nya mendesak kita untuk ”mengasihi satu sama lain”. Roma 138 Namun, ada alasan-alasan lain lagi mengapa kita hendaknya ’terus mengasihi’. Mengapa Kasih Sangat Penting Kasih menggerakkan kita untuk menyatakan keyakinan terhadap saudara-saudara kita 4, 5. Mengapa penting bagi kita untuk menunjukkan kasih yang rela berkorban kepada rekan seiman? 4 Mengapa penting bagi kita untuk menunjukkan kasih kepada rekan seiman? Singkatnya, kasih adalah inti Kekristenan sejati. Tanpa kasih, kita tidak bisa memiliki ikatan yang erat dengan rekan-rekan Kristen, dan terlebih penting lagi, kita tidak berharga dalam pandangan Yehuwa. Perhatikanlah bagaimana Firman Allah menandaskan kebenaran-kebenaran tersebut. 5 Pada malam terakhir kehidupannya di bumi, Yesus berkata kepada para pengikutnya, ”Aku memberi kalian perintah baru ini Kasihi satu sama lain. Seperti aku sudah mengasihi kalian, kalian juga harus mengasihi satu sama lain. Kalau kalian saling mengasihi, semua orang akan tahu bahwa kalian muridku.” Yohanes 1334, 35 ”Seperti aku sudah mengasihi kalian”—ya, kita diperintahkan untuk menunjukkan jenis kasih seperti yang Yesus perlihatkan. Di Pasal 29, kita memperhatikan bahwa Yesus memberikan teladan yang mengagumkan dalam hal mempertunjukkan kasih yang rela berkorban, mendahulukan kebutuhan dan kepentingan orang lain. Kita juga harus mempertunjukkan kasih yang tidak mementingkan diri, dan kita harus melakukannya dengan sangat nyata sehingga kasih kita terlihat jelas bahkan oleh orang-orang di luar sidang Kristen. Ya, kasih persaudaraan yang rela berkorban adalah tanda yang mengidentifikasi kita sebagai pengikut Kristus yang sejati. 6, 7. a Bagaimana kita tahu bahwa Firman Yehuwa menjunjung tinggi pentingnya menunjukkan kasih? b Kata-kata Paulus yang dicatat di 1 Korintus 134-8 memusatkan perhatian pada aspek kasih yang mana? 6 Bagaimana jika kita kurang memiliki kasih? ”Kalau saya . . . tidak punya kasih,” kata Rasul Paulus, ”saya sama saja seperti gong atau simbal yang berisik.” 1 Korintus 131 Gong atau simbal yang berisik sama-sama menghasilkan suara yang bising. Benar-benar ilustrasi yang cocok! Orang yang tidak memiliki kasih bagaikan alat musik yang bunyinya nyaring dan cempreng, yang bukannya membuat orang tertarik tetapi malah menghindar. Bagaimana mungkin orang seperti itu akrab dengan orang lain? Paulus juga mengatakan, ”Kalau saya . . . punya iman yang sangat kuat sehingga bisa memindahkan gunung, tapi tidak punya kasih, saya tidak ada apa-apanya.” 1 Korintus 132 Coba bayangkan, orang yang tidak memiliki kasih adalah orang yang ”sama sekali tidak berguna”, tidak soal apa pun yang dia lakukan! Terjemahan Baru-LAI Tidakkah jelas bahwa Firman Yehuwa menjunjung tinggi pentingnya menunjukkan kasih? 7 Namun, bagaimana kita dapat menunjukkan sifat ini sewaktu berurusan dengan orang lain? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita cermati kata-kata Paulus yang terdapat di 1 Korintus 134-8. Ayat-ayat ini bukan menekankan kasih Allah kepada kita ataupun kasih kita kepada Allah. Sebaliknya, Paulus memusatkan perhatian pada bagaimana kita hendaknya menunjukkan kasih kepada satu sama lain. Dia menjabarkan beberapa hal yang merupakan kasih dan beberapa hal yang bukan merupakan kasih. Apa Kasih Itu 8. Bagaimana kesabaran membantu kita dalam berurusan dengan orang lain? 8 ”Orang yang punya kasih itu sabar.” Itu berarti dia dengan sabar menahan diri untuk tidak melakukan pembalasan terhadap orang lain. Kolose 313 Bukankah kita membutuhkan kesabaran demikian? Karena kita adalah makhluk-makhluk tak sempurna yang melayani bahu-membahu, kita berpikir realistis jika mengantisipasi bahwa adakalanya, saudara Kristen kita mungkin menyakiti kita dan kita mungkin melakukan hal yang sama kepada mereka. Namun, kesabaran dan pengekangan diri dapat membantu kita menanggulangi gesekan-gesekan dan benturan-benturan kecil yang kita alami sewaktu berurusan dengan orang lain—tanpa mengganggu kedamaian sidang. 9. Dengan cara apa saja kita dapat menunjukkan kebaikan hati kepada orang lain? 9 ”Orang yang punya kasih itu . . . baik hati.” Kebaikan hati ditunjukkan melalui tindakan yang bermanfaat dan perkataan yang penuh timbang rasa. Kasih menggerakkan kita mencari cara untuk menunjukkan kebaikan hati, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan. Misalnya, seorang rekan seiman yang lanjut usia mungkin kesepian dan perlu dijenguk guna membesarkan hatinya. Seorang ibu tanpa suami atau seorang saudari yang hidup dalam rumah tangga yang terbagi secara agama mungkin perlu bantuan tertentu. Seseorang yang sedang sakit atau menghadapi kesengsaraan tertentu mungkin perlu mendengar kata-kata yang simpatik dari seorang sahabat yang setia. Amsal 1225; 1717 Jika kita berinisiatif untuk menunjukkan kebaikan hati dengan cara-cara demikian, kita memperlihatkan ketulusan kasih kita.—2 Korintus 88. 10. Bagaimana kasih membantu kita menjunjung kebenaran dan berbicara dengan jujur, bahkan sewaktu tidak mudah bagi kita untuk melakukannya? 10 ’Orang yang punya kasih bergembira karena hal-hal yang benar.’ Terjemahan lain berbunyi, ”Kasih . . . senang bersisian dengan kebenaran.” Kasih menggerakkan kita untuk menjunjung kebenaran dan ’jujur saat berbicara kepada orang lain’. Zakharia 816 Misalnya, jika seseorang yang kita kasihi terlibat dalam dosa serius, kasih kepada Yehuwa—dan kepada orang yang berbuat salah tersebut—akan membantu kita berpegang pada standar-standar Allah dan bukannya berupaya menyembunyikan, membenarkan, atau bahkan berdusta tentang perbuatan salah tersebut. Memang, mungkin sulit untuk menerima kenyataan. Namun, kita ingin orang yang kita kasihi tersebut menerima dan menyambut suatu pernyataan disiplin yang pengasih dari Allah, mengingat semua itu demi kebaikan dia. Amsal 311, 12 Sebagai orang Kristen yang pengasih, kita juga berkeinginan untuk ”berlaku jujur dalam segala hal”.—Ibrani 1318. 11. Karena orang yang punya kasih ”menanggung segala beban”, kita hendaknya berupaya melakukan apa sehubungan dengan kelemahan rekan-rekan seiman? 11 ”Orang yang punya kasih menanggung segala beban.” Ungkapan tersebut secara harfiah berarti ”menutupi segala sesuatu”. Kingdom Interlinear Satu Petrus 48 menyatakan, ”Orang yang memiliki kasih selalu rela memaafkan.” Ya, seorang Kristen yang dibimbing oleh kasih tidak berminat membeberkan semua ketidaksempurnaan dan kelemahan saudara-saudara Kristennya. Dalam banyak kasus, kekeliruan dan kesalahan rekan-rekan seiman bersifat sepele dan dapat ditutupi oleh kasih.—Amsal 1012; 179. 12. Bagaimana Rasul Paulus memperlihatkan bahwa dia percaya akan yang terbaik sehubungan dengan Filemon, dan apa yang dapat kita pelajari dari teladan Paulus? 12 ”Orang yang punya kasih . . . percaya segala sesuatu.” Terjemahan Moffatt mengatakan bahwa kasih ”selalu ingin sekali memercayai yang terbaik”. Kita tidak boleh menaruh kecurigaan yang berlebihan terhadap rekan-rekan seiman, meragukan setiap motif mereka. Kasih membantu kita untuk ’percaya yang terbaik’ sehubungan dengan saudara-saudara kita dan menaruh keyakinan kepada mereka. a Perhatikanlah sebuah contoh yang terdapat dalam surat Paulus kepada Filemon. Paulus menulis surat tersebut untuk menganjurkan Filemon agar menerima dengan senang hati kepulangan Onesimus, budak yang melarikan diri, yang telah menjadi seorang Kristen. Ketimbang berupaya memaksa Filemon, Paulus menyampaikannya berdasarkan kasih. Dia menyatakan keyakinannya bahwa Filemon akan melakukan tindakan yang benar, dengan mengatakan, ”Aku yakin bahwa kamu akan setuju, maka aku menulis ini kepadamu, karena aku tahu bahwa kamu akan berbuat lebih banyak daripada yang kukatakan.” Ayat 21 Jika kasih menggerakkan kita untuk menunjukkan keyakinan semacam itu terhadap saudara-saudara kita, kita mengembangkan sifat-sifat terbaik mereka. 13. Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita mengharapkan yang terbaik bagi saudara-saudara kita? 13 ”Orang yang punya kasih . . . selalu punya harapan.” Kasih itu penuh kepercayaan, dan juga penuh harapan. Karena dimotivasi oleh kasih, kita mengharapkan yang terbaik bagi saudara-saudara kita. Sebagai contoh, jika seorang saudara ”salah langkah dan belum menyadarinya”, kita berharap dia akan menyambut upaya-upaya pengasih untuk menyesuaikan dia kembali. Galatia 61 Kita juga berharap bahwa orang-orang yang imannya lemah akan pulih kembali. Kita bersabar terhadap orang-orang demikian, melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk membantu mereka agar imannya menjadi kuat. Roma 151; 1 Tesalonika 514 Bahkan, jika seseorang yang kita kasihi tersesat, kita tidak berhenti berharap bahwa suatu hari nanti dia akan sadar dan kembali kepada Yehuwa, sebagaimana anak yang hilang dalam perumpamaan Yesus.—Lukas 1517, 18. 14. Dengan cara apa saja ketekunan kita mungkin diuji di dalam sidang, dan bagaimana kasih akan membantu kita menanggapinya? 14 ”Orang yang punya kasih . . . bertekun menghadapi segala sesuatu.” Ketekunan memungkinkan kita berdiri teguh menghadapi kekecewaan atau penderitaan. Ujian-ujian ketekunan tidak hanya datang dari luar sidang. Adakalanya, kita mungkin diuji dari dalam. Karena tidak sempurna, saudara-saudara kita kadang-kadang mengecewakan kita. Pernyataan yang tidak dipikir lebih dahulu bisa menyakiti perasaan kita. Amsal 1218 Bisa jadi, suatu persoalan sidang tidak ditangani sebagaimana yang menurut kita semestinya dilakukan. Tingkah laku seorang saudara yang disegani mungkin mengesalkan, membuat kita berpikir, ’Masa orang Kristen tingkahnya begitu?’ Sewaktu menghadapi situasi-situasi demikian, apakah kita akan menjauh dari sidang dan berhenti melayani Yehuwa? Tidak, jika kita mempunyai kasih! Ya, kasih mencegah kita menjadi sedemikian dibutakan oleh kelemahan seorang saudara sehingga tak dapat lagi melihat hal-hal baik dalam diri saudara tersebut atau dalam sidang secara keseluruhan. Kasih memungkinkan kita tetap setia kepada Allah dan mendukung sidang tidak soal apa pun yang dikatakan atau dilakukan oleh manusia tak sempurna lainnya.—Mazmur 119165. Apa yang Bukan Kasih 15. Mengapa kita tidak boleh merasa iri terhadap orang lain, dan bagaimana kasih bisa membantu kita? 15 ”Orang yang punya kasih . . . tidak iri hati.” Kita tidak boleh merasa iri hati terhadap apa yang dimiliki orang lain, seperti harta, berkat yang mereka dapatkan, atau kesanggupan mereka. Iri hati adalah emosi yang egois dan bersifat merusak yang, jika tidak dikendalikan, dapat merusak kedamaian sidang. Apa yang akan membantu kita melawan kecenderungan untuk iri? Yakobus 45 Jawabannya adalah kasih. Sifat yang berharga ini memungkinkan kita bersukacita bersama orang yang tampaknya memiliki beberapa keberuntungan hidup yang tidak kita miliki. Roma 1215 Kasih membantu kita untuk tidak merasa terhina apabila seseorang dipuji atas kesanggupannya yang unggul atau hasil kerjanya yang menonjol. 16. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi saudara-saudara kita, mengapa kita tidak akan membualkan apa yang kita lakukan dalam melayani Yehuwa? 16 ”Orang yang punya kasih . . . tidak membanggakan diri, tidak menjadi sombong.” Kasih mencegah kita memamerkan bakat atau prestasi kita. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi saudara-saudara kita, bagaimana mungkin kita terus-terusan membanggakan kesuksesan kita dalam dinas atau tugas-tugas tambahan kita di sidang? Bualan semacam itu dapat mengecilkan hati orang lain, membuat mereka merasa rendah diri. Kasih tidak membuat kita membanggakan diri karena tugas-tugas yang Allah berikan kepada kita. 1 Korintus 35-9 Lagi pula, kasih ”tidak menjadi sombong”, atau seperti The New Testament in Modern English katakan, kasih tidak ”membanggakan gagasan yang dibesar-besarkan demi kepentingannya sendiri”. Kasih mencegah kita memandang diri kita lebih tinggi daripada yang semestinya.—Roma 123. 17. Kasih menggerakkan kita untuk menunjukkan timbang rasa dalam bentuk apa terhadap orang lain, dan karena itu, kelakuan macam apa yang akan kita hindari? 17 ”Orang yang punya kasih . . . tidak berlaku tidak sopan.” Orang yang berlaku tidak sopan bertindak dengan cara yang tidak pantas atau mengesalkan. Perbuatan semacam itu tidak pengasih karena jelas-jelas menunjukkan ketidakpedulian terhadap perasaan dan kesejahteraan orang lain. Sebagai kontras, di dalam kasih ada kemurahan hati yang menggerakkan kita untuk bertimbang rasa terhadap orang lain. Kasih menjunjung tata krama yang baik, tingkah laku yang saleh, dan respek terhadap rekan seiman kita. Oleh karena itu, kasih tidak mengizinkan kita terlibat dalam ”kelakuan memalukan”—ya, perilaku apa pun yang akan mengejutkan atau menyakiti hati saudara-saudara Kristen kita.—Efesus 53, 4. 18. Mengapa orang yang pengasih tidak menuntut agar segala sesuatu dilakukan menurut keinginannya? 18 ”Orang yang punya kasih . . . tidak mementingkan diri.” Revised Standard Version menerjemahkan bagian ini menjadi, ”Kasih tidak berkukuh pada keinginannya sendiri.” Orang yang pengasih tidak menuntut agar segala sesuatu dilakukan menurut keinginannya, seolah-olah pendapatnyalah yang selalu benar. Dia tidak memanipulasi orang lain, tidak menggunakan kemampuan persuasinya guna memojokkan orang-orang yang pandangannya berbeda. Kedegilan semacam itu menyingkapkan adanya kesombongan, dan Alkitab mengatakan, ”Kesombongan berujung pada kehancuran.” Amsal 1618 Jika kita benar-benar mengasihi saudara-saudara kita, kita akan menghargai pandangan mereka, dan jika mungkin, kita akan menunjukkan kesediaan untuk mengalah. Semangat untuk mengalah selaras dengan kata-kata Paulus, ”Setiap orang harus memikirkan kepentingan orang lain, bukan kepentingannya sendiri.”—1 Korintus 1024. 19. Bagaimana kasih membantu kita bereaksi ketika orang lain menyakiti hati kita? 19 ”Orang yang punya kasih . . . tidak cepat marah [dan] tidak menyimpan kekesalan.” Dia tidak mudah terpancing menjadi marah atas apa yang orang lain katakan atau lakukan. Memang, wajar jika kita kesal sewaktu orang lain menyakiti hati kita. Namun, meskipun kita memiliki alasan yang sah untuk marah, kasih tidak membiarkan kita tetap terpancing menjadi marah. Efesus 426, 27 Kita tidak akan menyimpan catatan mengenai kata-kata atau perbuatan yang menyakitkan, seolah-olah menuliskannya pada sebuah neraca lajur sehingga hal-hal itu takkan terlupakan. Sebaliknya, kasih menggerakkan kita untuk meniru Allah kita yang pengasih. Seperti yang kita lihat di Pasal 26, Yehuwa mengampuni apabila ada dasar yang benar untuk melakukannya. Sewaktu mengampuni kita, Dia melupakan dalam arti Dia tidak akan mengungkit-ungkit lagi dosa-dosa tersebut. Tidakkah kita bersyukur bahwa Yehuwa tidak mencatat kerugian? 20. Bagaimana hendaknya reaksi kita jika seorang rekan seiman terjerat oleh dosa dan sebagai akibatnya dia menjadi sangat menderita? 20 ”Orang yang punya kasih . . . tidak bergembira karena hal-hal yang tidak benar.” Dalam The New English Bible ayat ini berbunyi, ”Kasih . . . tidak bergembira atas dosa-dosa orang lain.” Terjemahan Moffatt berbunyi, ”Kasih tidak pernah bahagia apabila orang lain melakukan kesalahan.” Kasih tidak memperoleh kesenangan dalam hal-hal yang tidak benar, maka kita tidak menutup mata terhadap seriusnya perbuatan amoral dalam bentuk apa pun. Bagaimana reaksi kita jika seorang rekan seiman terjerat dosa dan sebagai akibatnya dia menjadi sangat menderita? Kasih tidak akan membiarkan kita bersukacita, seolah-olah mengatakan, ’Bagus! Biar dia tahu rasa!’ Amsal 175 Akan tetapi, kita bersukacita apabila seorang saudara yang telah berbuat salah mengambil langkah-langkah positif untuk memulihkan diri dari kejatuhan rohaninya. ”Jalan yang Jauh Lebih Baik” 21-23. a Apa yang Paulus maksudkan ketika dia mengatakan bahwa ”kasih tidak akan berakhir”? b Apa yang akan dibahas pada pasal terakhir? 21 ”Kasih tidak akan berakhir.” Apa yang Paulus maksudkan dengan kata-kata tersebut? Sebagaimana terlihat dari konteksnya, dia sedang membahas tentang berbagai karunia dari kuasa kudus yang ada di antara orang Kristen masa awal. Karunia-karunia itu merupakan tanda bahwa Allah senang dengan sidang yang baru terbentuk tersebut. Namun, tidak semua orang Kristen dapat menyembuhkan, bernubuat, atau berbicara dalam bahasa-bahasa lain. Akan tetapi, hal itu tidak menjadi masalah; karunia-karunia yang bersifat mukjizat tersebut pada akhirnya akan lenyap. Meskipun demikian, ada sesuatu yang akan tetap ada, sesuatu yang dapat dipupuk oleh setiap orang Kristen. Sesuatu yang lebih menonjol, lebih bertahan daripada karunia-karunia yang bersifat mukjizat mana pun. Malah, Paulus menyebutnya sebagai ”jalan yang jauh lebih baik”. 1 Korintus 1231 Apa ”jalan yang jauh lebih baik” tersebut? Jalan kasih. 22 Ya, kasih Kristen yang Paulus lukiskan ”tidak akan berakhir”. Hingga saat ini, kasih persaudaraan yang rela berkorban mengidentifikasi para pengikut Yesus yang sejati. Tidakkah kita melihat bukti adanya kasih semacam itu di sidang-sidang penyembah Yehuwa di seluas bumi? Kasih tersebut akan ada untuk selama-lamanya karena Yehuwa menjanjikan kehidupan abadi kepada hamba-hamba-Nya yang setia. Mazmur 379-11, 29 Semoga kita terus melakukan yang terbaik untuk ’terus mengasihi’. Dengan melakukannya, kita dapat merasakan kebahagiaan yang lebih besar karena memberi. Lebih dari itu, kita dapat terus hidup—ya, terus mengasihi—selama-lamanya, seraya meniru Allah kita yang pengasih, Yehuwa. Umat Yehuwa dikenal dari kasih mereka kepada satu sama lain 23 Pada pasal ini, yang mengakhiri bagian yang mengulas soal kasih, kita telah membahas tentang bagaimana kita dapat menunjukkan kasih kepada satu sama lain. Namun, mengingat betapa banyak manfaat yang kita peroleh dari kasih Yehuwa—demikian pula dari kuasa, keadilan, dan hikmat-Nya—tepatlah jika kita bertanya, ’Bagaimana saya dapat menunjukkan kepada Yehuwa bahwa saya benar-benar mengasihi Dia?’ Pertanyaan tersebut akan dibahas pada pasal terakhir buku ini.
Persatuandan Kasih SayangIslam bertujuan menciptakan keharmonisan masyarakat yang penuh kasih saying. Setiap individu berusaha mendahulukan kemaslaha Persaudaraan Berdasarkan Iman dan Islam Halaman 1 - Kompasiana.com
Foto Ilustrasi 10 Januari 2022 2,216 Views RELIGI KRISTEN, – Bacaan awal Firman Tuhan “Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!” Hidup damai, rukun dan harmonis, kesatuan hati tumbuh bersama merupakan sebuah kualitas hidup impian setiap Manusia Rohani dalam Tuhan Yesus Kristus Secara garis besar, Mazmur 133 menghadirkan gambaran yang indah membicarakan kehidupan persekutuan yang rukun. Karena itulah Lembaga Alkitab Indonesia LAI dalam pasal 133 ini diberi judul “Persaudaraan yang Rukun”. Pemazmur merindukan setiap jemaat Tuhan memahami dampak besar hidup yang rukun dengan menggambarkannya dengan minyak urapan dan embun gunung yang menyegarkan, kehidupan persaudaraan dan persekutuan yang rukun membuat Tuhan berkenan dan Tuhan akan memerintahkan berkat untuk kehidupan selama-lamanya Berikut bacaan ayat selengkapnya. Mazmur 133 1 Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun 2 Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. 3 Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya *
Rukunshalat yang ketiga ini adalah berdiri jika mampu. Ini adalah pendapat dari Syekh Wahbah. Pendapat ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Bukhari yang artinya: "Ketika menderita bawasir, aku bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai sholat dan beliau bersabda, 'Sholatlah sambil berdiri. Jika tidak mampu maka sholatlah sambil duduk.
Rasulullah Saw bersabda اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِc Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana bangunan, satu sama lain saling menguatkan. [Muttafaq Alaihi]. Orang-orang yang beriman itu ibarat satu tubuh. Jika satu bagian sakit, yang lain ikut merasakan sakit Hadis riwayat Nukman bin Basyir ra., ia berkata Rasulullah saw. bersabda Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam. Shahih Muslim Ummat Islam itu saling menguatkan satu sama lain Hadis riwayat Abu Musa ra. dia berkata Rasulullah saw. bersabda Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan di mana bagiannya saling menguatkan bagian yang lain. Shahih Muslim Allah melarang ummat Islam untuk bercerai- berai “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu masa Jahiliyah bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,” [Ali Imron 103-105] Rasulullah saw. bersabda Barang siapa tidak menyayangi manusia, maka Allah tidak akan menyayanginya. Shahih Muslim Orang yang belas kasihan akan dikasihi Arrahman Yang Maha Pengasih, karena itu kasih sayangilah yang di muka bumi, niscaya kamu dikasih-sayangi mereka yang di langit. HR. Bukhari Demi yang jiwaku dalam genggamanNya. Kamu tidak dapat masuk surga kecuali harus beriman dan tidak beriman kecuali harus saling menyayangi. Maukah aku tunjukkan sesuatu bila kamu lakukan niscaya kamu saling berkasih sayang? Sebarkan salam di antara kamu. HR. Muslim Silahkan baca “Dia-lah yang menurunkan Al Kitab Al Quran kepada kamu. Di antara isi nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain ayat-ayat mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran daripadanya melainkan orang-orang yang berakal.” [Ali Imran 7] Dari Abdullah Ibn. Mas’ud ra meriwayatkan bahwa baginda Rasulullah SAW bersabda “Maukah Aku khabarkan kepadamu siapakah orang yang diharamkan dari api neraka ? Dan api neraka tidak akan menyentuhnya. Mereka adalah orang yang menghampiri orang lain dengan lemah lembut, berlebih kurang dan baik hati.” HR Tirmidzi “Mencela sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran” Bukhari muslim no. .64,97, Tirmidzi Nasa’I 4037, Ibnu Majah Ahmad Agar tidak berpecah-belah, hendaknya kita berpegang pada Al Qur’an dan Hadits. Sabda Rasulullah Saw “Aku tinggalkan padamu dua hal, yang tidak akan sesat kamu selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.”HR Ibnu Abdilbarri Kemudian ikuti juga ijma’ kesepakatan para ulama yang terdahulu seperti Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Syafi’I, dan Imam Hambali. Para Imam tersebut meski kadang berbeda pendapat, namun tidak mengkafirkan atau saling cela satu sama lain. Para Imam itulah yang hendaknya kita ikuti “Sesungguhnya Allah tidaklah menjadikan ummatku atau ummat Muhammad berkumpul besepakat di atas kesesatan” Tirmidzi Ahmad 6/396 Tak jarang ummat Islam terpecah ke dalam kelompok-kelompok kecil yang saling bertikai satu sama lain. Mereka larut dalam fanatisme golongan Ashobiyyah Ka’ab bin Iyadh Ra bertanya, “Ya Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya, apakah itu tergolong fanatisme?” Nabi Saw menjawab, “Tidak, fanatisme Ashabiyah ialah bila seorang mendukung membantu kaumnya atas suatu kezaliman.” HR. Ahmad Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada ashabiyah HR Abu Dawud. Dalam hadits yang lain Nabi mengatakan bahwa orang yang mati dalam keadaan ashobiyah membela kelompoknya, bukan Islam, maka dia masuk neraka. Ada yang ashobiyyah dalam hal kebangsaan/nasionalisme. Hingga sesama Muslim karena beda Negara, Misalnya Malaysia dengan Indonesia, jadi saling ejek bahkan pernah perang sebelumnya. Padahal baik Negara Malaysia mau pun Indonesia 100 tahun lalu belum ada Indonesia baru ada tahun 1945 dan 100 tahun ke depan pun belum tentu masih ada. Buktinya Timtim sudah lepas dan Negara Uni Soviet yang besar saja sudah runtuh. Sedang Islam, ribuan tahun tetap ada. Bahkan di akhirat pun insya Allah tetap ada. Ada juga sebagian Muslim yang memecah-belah agama Islam jadi beberapa aliran. Tak jarang ada yang khawarij yang menyatakan hanya kelompoknya saja yang benar, sedang ummat Islam lain di luar kelompoknya mereka anggap sesat “Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum32] “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” [Al An’aam159] Mereka menamakan kelompoknya masing-masing dengan nama tersendiri selain Muslim. Dengan nama selain Muslim itulah mereka bangga-banggakan kelompoknya sambil menista kelompok lain. Padahal Allah telah menamakan kita sebagai Muslim Dia Allah telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu..” [Al Hajj 67] Padahal Allah menamai kita Muslim dan menyuruh kita berdoa agar diwafatkan sebagai seorang Muslim رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ “…Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu.” [Al A’raaf 126] Oleh karena itu mari kita kembali ke jalan yang lurus. Lupakan ashobiyyah / fanatisme golongan. Sebaliknya mari hidupkan ukhuwah Islamiyyah karena ummat Islam itu bersaudara dan seperti satu tubuh yang saling menguatkan satu sama lain. Tempatkan Islam di atas yang lain termasuk kepentingan kelompok. Rasulullah saw, bersabda “Barangsiapa yg di kehendaki baik oleh Allah.., niscaya akan di karuniai seorang sahabat yg soleh. Jika ia sedang lupa, maka sahabatnya yg saleh itu mengingatkannya. Dan jika ia sedang ingatsadar, maka sahabatnya yg saleh itu mau membantu menjaga serta mengawasinya.” Hr. Abu Daud Rasulullah saw, bersabda “Jika seorang muslim MENDOAKAN saudara muslim lainnya maka MALAIKAT berkata AAMIIN dan bagimu pula KEMULIAAN sebagaimana DOA yang kau doakan untuk SAUDARAMU.” HR Muslim Allah Azza wajalla mewajibkan tujuh hak kepada seorang mukmin terhadap mukmin lainnya, yaitu 1 melihat saudara seimannya dengan rasa hormat dalam pandangan matanya; 2 mencintainya di dalam hatinya; 3 menyantuninya dengan hartanya; 4 tidak menggunjingnya atau mendengar penggunjingan terhadap kawannya; 5 menjenguknya bila sakit; 6 melayat jenazahnya; 7 dan tidak menyebut kecuali kebaikannya sesudah ia wafat. HR. Ibnu Baabawih Allah Ta’ala berfirman dalam hadits Qudsi “Kebesaran kesombongan atau kecongkakan pakaianKu dan keagungan adalah sarungKu. Barangsiapa merampas salah satu dari keduanya Aku lempar dia ke neraka jahanam.” HR. Abu Dawud kirimanseorangteman.
ILUSTRASI(7) KHOTBAH (179) KISAH (3 Untuk menghadapi berbagai keadaan dalam hidup, Ya TETAP KUAT DALAM IMAN (Kolose 2:6-15) Sebuah kisah nyata tentang Aksionov. daun dan memberi hasil entah buah atau bunga. Berakar, bertumbuh dan berbuah adalah ber BERKAT DARI PERSAUDARAAN YANG RUKUN (Mazmur 133:1-3) Kerukunan adalah dambaan
Didalam persaudaraan, hendaknya kamu selalu menjaga hubungan tersebut agar selalu rukun, saling memahami satu sama lain, dan juga bisa mengendalikan ego masing-masing agar tidak terjadi perpecahan. Karena jika sampai terjadi konflik, ini akan sangat mengorbankan hubungan baik yang selama ini sudah kamu bina.
Awjv. k13i2lpcmn.pages.dev/883k13i2lpcmn.pages.dev/651k13i2lpcmn.pages.dev/731k13i2lpcmn.pages.dev/943k13i2lpcmn.pages.dev/631k13i2lpcmn.pages.dev/886k13i2lpcmn.pages.dev/685k13i2lpcmn.pages.dev/16k13i2lpcmn.pages.dev/327k13i2lpcmn.pages.dev/702k13i2lpcmn.pages.dev/916k13i2lpcmn.pages.dev/746k13i2lpcmn.pages.dev/431k13i2lpcmn.pages.dev/643k13i2lpcmn.pages.dev/607
ilustrasi tentang persaudaraan yang rukun